Rabu, 09 Februari 2011
Untuk Apa Beragama, Kalau Saling Bermusuhan ?
Kita terlahir atas nama Tuhan yang sama
Kita berjanji dengan pengakuan yang sama
Kita hidup di alam yang samaKita sama merah-putih darahnya
Kita sama merasakan sama-sama sebagai manusia
Bahkan coba periksa!
Syahadatnya, bukankah juga sama?
Ya Allaah, padukan kami dalam keragaman, kalau ada lawan kata,
Jadikan kami pelangi yang indah, kalau ada perbedaan warna!
Ach tiba-tiba saya jadi berpuisi. Saya curhat melalui puisi. Kacau bener perasaan saya, entah bagaimana. Atas nama Ahmadiyah yang menyimpang, atau apapun namanya, bangunan dibakar, mayat bergelimpangan, darah tercecer dimana-mana, katanya semua atas nama kebenaran. Sungguh hati ini tak bisa juga rela! Orang beragama ko jadi saling bertengkar antara saudara. Saling memunculkan saling memaksakan. Di Banten, Orang membunuh memaksa, menyiksa, atas nama Tuhan. Tuhan yang mana toh? Nabi yang mana? Serius tak henti-hentinya saya berpikir.
Mengapa Allahu-Akbar jadi penyulut amuk masa yang membakar! Allahu yang mana?
Kalau yang berdarah-darah itu, lantaran sesuatu bernama agama, mengapa kita memaksakaan diri menjadi yang beragama? Kalau akhirnya satu sama lain saling menghancurkan, mengapa harus bertuhan?
Tuhan yang Maha Esa Maha Kuasa. Dalam sekejap penduduk di muka bumi ini bisa beriman semua. Dalam sekejap juga penduduk bumi, bisa kufur semua. Kalau Allah mau. Shadaqaullahul adziim, Allah SWT betul-betul Maha Demokratis!
Karenanya, yang saya tahu atas nama apapun oleh kelompok manapun, Tuhan sangat murka dengan pemaksaan. Amat benci Allah SWT dengan permusuhan, termasuk sarana pemicu hingga permusuhan itu benar-benar terlaksana!
Yang saya tahu, Tuhan sudah menjelaskan kepada semua insan; bahwa “musuhmu yang nyata adalah setan! Begitu kalamNya yang tergambar dalam surat Yaasin. Innasaytaan lakum aduwwum muubiin .
Tapi, koq mengapa manusianya juga yang harus dipukuli, disiksa dan dipaksa. Mengapa phisiknya yang dirusak? Tak dirusak pun akhirnya phisik itu rusak sendiri juga pada waktunya. Saat habis durasinya.
Jika ruh adalah abadi. Fhisik lahiriyah hanya berkesempatan jadi saksi. Adapun sifat dalam jiwa terbawa sampai mati, itulah penyakit hati! Ia yang mempertanggungjawabkan semua ulahnya. Maka nanti dalam buku rapot kita masing-masing tertera: Celaka atau bahagia?
Atas dasar itu, menurut keyakinan saya; genderang perang justru mestinya dialamatkan kepada Iblis, setan yang bersarang! Sifat-sifat setan yang mendekam ditubuh manusia, pada pikiran dan ambisi kuasa!
Sifat-sifat itulah yang kita lawan dan hancurkan! Sekali lagi bukan manusianya yang dibunuh dan disiksa. Bukan darahnya yang mesti tumpah. Maka saya pun yang bukan siapa-siapa, hanya ingin menyapa mengingatkan; Mari gunakan akal sehat dan kesantunan. Bermusyawarah untuk tidak saling menang-menangan. Mari berdoa kepada Allah sesuai keyakinan, agar setan bisa dilumpuhkan! (Nas)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 02.08