Kamis, 24 Desember 2015
Antara Ahmad dan Muhammad saw
Banyak sekali orang saat ini yang beraliran materialisme, maksudnya adalah bukan saja berarti bahwa orang tersebut sangat mendambakan materi tetapi, cara berpikir dan cara pemahamannya juga berdasarkan pola pikir yang hanya bersifat kebendaan saja atau materi. Sebagai contohnya adalah terhadap pertanyaan sejak kapankah anda diciptakan? Kebanyakan manusia menjawabnya adalah semenjak dia ada di dalam kandungan ibunya. Mengapa demikian? Karena jasad fisiknya tercipta semenjak orang tersebut ada dalam kandungan ibunya. Sebelum jasad fisiknya itu tercipta maka dianggap bahwa orang tersebut belum ada.
Demikianlah pendapat kebanyakan orang selalu didasari pada aliran fisik atau materi atau bisa disebut juga sebagai materialisme. Kalau fisik ada maka aku ada.
Padahal sebenarnya tidak demikian adanya. Sejatinya diri anda bukanlah ada pada jasad fisik anda. Nanti setelah anda mati maka jasad fisik anda itu akan hancur, namun apakah kemudian artinya anda sudah tamat dan tidak ada? Tidak anda akan tetap ada, anda akan tetap hidup walaupun tanpa adanya wujud jasad fisik anda.
Demikian juga sebenarnya dengan asal muasal keberadaan anda. Anda, saya dan kita semua sudah ada semenjak zaman dahulu kala. Allah sudah menciptakan ruh semua mahluk sebelum alam semesta ini tercipta, sebelum kejadian big bang terjadi. Lalu kemudian ruh tersebut ditiupkan kedalam jasad fisik seorang janin yang baru terbentuk di dalam kandungan seorang ibu. Begitulah riwayat sebenarnya dari sejatinya manusia.
Meskipun jasad fisik anda lama kelamaan mengalami proses penuaan, maka tidak demikian halnya dengan ruh. Dia hidup dan senantiasa muda, tidak mengalami proses penuaan. Begitulah kiranya jawaban dari Allah kepada nabi Zakaria tatkala Dia menginformasikan akan datangnya seorang anak yang akan diberi nama Yahya. Nabi Zakaria mempertanyakan tentang keadaan jasad fisiknya kepada Allah:
قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلاَمٌ وَكَانَتْ امْرَأَتِي عَاقِرًا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنْ الْكِبَرِ
عِتِيًّا
“Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua.” (QS 19:8). Lalu Allah swt menjawab:
قَالَ كَذَلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُنْ شَيْئًا
“Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.” (QS 19:9)
Jadi Allah swt sesungguhnya telah menciptakan segala sesuatu itu sebelumnya sebelum sesuatu tadi ada. Dia menciptakan ruh, kemudian masing-masing ruh tadi telah dituliskan rencana kejadian dan takdirnya sebagai qudrat dan iradat Allah dalam sebuah catatan. Catatan blue print kehidupan, master plan riwayat segala kejadian mulai dari yang awal sampai yang terakhir.
Nah, sebelum ruh dan semua mahluk tadi diciptakan Allah, sebelum semuanya ada, sebelum mahluk diciptakan, apakah yang pertama kali diciptakan Allah?
Yang pertama kali diciptakan sebelum mahluk diciptakan adalah Cahaya Yang Mulia, Nur yang dinamakan sebagai Nur Muhammad. Dan kemudian dari Nur Muhammad itulah diciptakan segala mahluk lainnya. Jadi Nur Muhammad itulah bibit bagi segenap mahluk, bibit dari alam semesta, termasuk kita semua.
Jika demikian adanya maka apabila kita cukup berusaha dengan keras, memeras diri dan meruntuhkan ego pribadi kita, mencari dan menemukan inti sari dari diri kita yang sejati, maka niscaya anda bakalan dapat menemukan bibit penyusun diri anda sejatinya, yaitu Nur Muhammad tadi.
Jadi Nur Muhammad itulah yang kemudian diutus oleh Allah untuk menjadi Rasul utusan bagi segenap mahluk dan alam semesta. Penghubung antara mahluk dengan Allah Yang Maha Agung. Hakekat dari kekasih Allah yang sebenarnya.
Pemahaman yang demikian ini tidak akan dapat dimengerti atau diterima apabila anda mendasarkan pengertian pada keberadaan fisik semata, pemahaman materialisme, karena baik Allah maupun Nur Muhammad adalah ghaib. Tidak terdeteksi dan tercapai melalui pendekatan fisik atau materi.
Sedangkan Ahmad yang dilahirkan di Mekkah dan diangkat menjadi nabi terakhir itu adalah jasad fisik. Jasad fisik Ahmad itu saat ini sudah wafat, sudah tidak bernyawa dan tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Maka barangsiapa yang mengharapkan syafaat dan pertolongan dari Ahmad, maka jasadnya kini tidak bisa memberikan pertolongan apa-apa. Akan tetapi Muhammad saw tetap hidup, dia ada dan hakekat keberadaannya ada di segenap mahluk dan alam semesta.
Maka bershalawat lah dan memohon syafaat lah kepada Muhammad saw, bukan kepada Ahmad. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 10.35