Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Jumat, 25 Desember 2015

Tauhid adalah Jalan Pembebasan Manusia

Sepanjang sejarah manusia di bumi ini, manusia senantiasa berada dalam alam penjajahan. Penjajahan kemanusiaan baik secara senang hati maupun penindasan penjajahan yang dilakukan dengan keterpaksaan.

Manusia dijajah oleh raja dan penguasa, oleh firaun dan penjajahan oleh bangsa lain, perbudakan dan keterpaksaan lainnya yang menjajah kehidupan dan pemikiran manusia. Manusia menjajah manusia lainnya. Penjajahan kebebasan dan kemerdekaan, penjajahan kesempatan, penjajahan ekonomi dan peluang usaha, penjajahan pemikiran dan penjajahan lainnya yang membelenggu manusia dari kebebasannya.

Pada masa lalu selama kurang lebih 250 tahun lamanya bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, penjajahan secara ekonomi, pendidikan dan segala sendi kehidupannya. Kemudian oleh Jepang dan kemudian bangsa ini akhirnya memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Apakah setelah itu bangsa Indonesia sudah benar-benar merdeka?

Tidak sebab pada kenyataannya bangsa ini justru masih terbelenggu dengan penjajahan lainnya, seperti penjajahan ekonomi dan kesempatan serta penjajahan pendidikan dan pemikiran. Khususnya adalah umat Islam di Indonesia, saat ini masih terbelenggu dengan pemikiran para ustadz dan ulama serta sarjana yang utamanya berasal dari timur tengah.

Manusia pada fitrahnya adalah mahluk yang diciptakan dengan suatu naluri untuk tunduk taat dan patuh pada sesuatu, sehingga menyembah dan beribadah adalah suatu kehendak asasi manusia. Kepatuhan tersebut lah yang sepanjang sejarah manusia dimanfaatkan untuk membelenggu manusia itu, baik oleh manusia lainnya seperti penguasa dan firaun, maupun oleh diri pribadinya sendiri berupa penghambaan terhadap hawa nafsunya sendiri.

Nah, Tauhid adalah sebuah gerakan pembebasan yang dicetuskan pertama kali oleh para nabi dan rasul Allah untuk membebaskan manusia dari belenggu dan penjajahan. Tauhid adalah sebuah pembebasan manusia dari segala belenggu tadi untuk kemudian menyadarkan manusia untuk kembali kepada penghambaan kepada Allah swt. Fitrah manusia untuk menghamba kepada sesuatu disalurkan kepada Yang Berhak untuk disembah, yaitu Allah swt.

Sudah menjadi watak dari sejarah yang senantiasa selalu berulang-ulang. Ketika seorang Rasul diutus kepada suatu kaum, maka setelah sekian lama Rasul tadi wafat, maka para ulama dan pemuka agama yang seharusnya menjadi pewaris Nabi dan Rasul tersebut, justru merekalah yang merusak dan merubah ajaran Tauhid tersebut. Umat yang semula dibebaskan oleh Rasul untuk bertauhid hanya kepada Allah saja, maka oleh para pemuka agama dan pendeta mereka disesatkan dan diselewengkan sehingga mereka kembali menjadi pengabdi dan pemuja pendeta dan pemuka agama.

Inilah yang terjadi pada kaum Bani Israil setelah Nabi Musa as dan Harun as wafat, pemuka agama Yahudi menyesatkan kaumnya sehingga mereka mengikuti apa yang diperintahkan oleh pemuka agama tadi meskipun tidak sesuai dengan ajaran asli Nabi Musa as. Kemudian setelah sekian ratus tahun kemudian Allah swt mengutus Rasul-Nya yang bernama Isa al-Masih untuk membebaskan kaum Yahudi dengan ajaran Tauhid yaitu kembali kepada pengabdian dan penyembahan kepada Allah saja. Beberapa dari kaum Yahudi mengikuti Rasul itu dan membebaskan diri dari kungkungan para pendeta Yahudi, kembali kepada Tauhid.

Dan setelah sekian ratus tahun kemudian, kembali para pemuka agama Nasrani menyelewengkan ajaran Tauhid asli yang disampaikan oleh Isa al-Masih kepada penyekutuan Allah. Kembali para pengikut ajaran Nasrani mengikuti ajaran pemuka agamanya meskipun menyeleweng dan tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Isa al-Masih pertama kali dulu.

Begitulah sejarah di dunia ini senantiasa selalu berulang-ulang kembali, iblis dan syaithan telah mempergunakan suatu metode yang sama dalam hal menyesatkan umat manusia dari jalan Tauhid yang lurus. Hingga akhirnya sekitar 5 abad setelah Isa al-Masih kemudian Allah swt mengutus Nabi dan Rasul terakhir yaitu Muhammad saw. Dia meluruskan ajaran yang telah diselewengkan oleh pemuka agama Yahudi dan pemuka agama Nasrani, membebaskan manusia kembali kepada ajaran Tauhid yang asli dan lurus, yaitu kembali menggiring manusia untuk menghambakan diri hanya kepada Allah swt. Memutus belenggu pikiran umat manusia untuk dikembalikan kepada hubungan langsung manusia kepada Tuhannya.

Nah, setelah lebih dari 1500 tahun Rasul terakhir ini wafat, apakah menurut anda pemuka agama baru ini akan dibiarkan oleh iblis dan syaithan dari penyelewengan? Sebagaimana yang telah terjadi pada masa-masa sebelumnya? Bagaimana menurut logika anda? Tidak mungkin bukan?

Kira-kira seperti ini bentuk penyelewengan yang telah dilakukan oleh sebagian dari para pemuka agama saat ini:
1. Tidak menganjurkan umat Islam untuk membangun suatu relasi dan hubungan langsung kepada Allah, dikarena hal itu tidak perlu sebab semuanya sudah cukup dengan al-Quran saja
2. Tidak menganjurkan umat Islam untuk membangun suatu relasi dan hubungan langsung kepada Rasullullah saw, sebab rasul terakhir itu sudah wafat di tanah arab sehingga sudah putus hubungannya dengan manusia yang masih hidup saat ini
3. Umat Islam harus mengikuti pendapat dan hasil kajian dari sebagian besar para ulamanya saat ini, sehingga apabila ada pemikiran atau pendapat yang menyimpang dari ini akan dianggap sebagai pemikiran yang sesat dan harus segera ditumpas
4. Hukum haram dan halal boleh ditentukan berdasarkan pendapat para ulama, sehingga apa yang sudah ditetapkan dalam al-Quran harus mendapat tambahan agar sesuai dengan perkembangan zaman, seperti misalnya hukum haram untuk kasus merokok, menyanyi dan bermain musik

Disamping itu misalnya ada beberapa lagi contoh kecil penyelewengan pemikiran yang difatwakan oleh beberapa ulama seperti misalnya:
1. Memelihara jenggot adalah sesuatu yang lebih utama dibandingkan dengan akhlak yang mulia dan muka yang ramah serta murah senyum
2. Sholat dengan saf yang lurus dan rapat adalah lebih utama dari pada sholat yang khusyuk, padahal yang dianjurkan oleh al-Quran adalah sholat yang khusyuk namun dalam prakteknya tidak pernah ada anjuran ini sebelum sholat berjamaah dimulai
3. Memperbolehkan dakwah dengan melalui musik dan nyanyian
4. Menganggap bahwa apa yang ada di tanah arab adalah Islami, seperti misalnya baju gamis, memakai istilah bahasa arab seperti mengganti panggilan bunda dengan ummi dan panggilan ayah dengan abi atau bahkan menyimpulkan bahwa warna hijau adalah warna Islami karena bendera Arab Saudi berwarna hijau (tanpa menyadari apa sebenarnya warna bendera pada waktu zaman Rasullullah saw dulu)

Penyelewengan yang paling fatal dari kebanyakan para ulama saat ini adalah menganggap bahwa Allah swt itu berada di arasy yang jaraknya nun jauh di lapis langit ke tujuh sana. Mereka itu sering menunjukan jarinya ke atas tanda tempat Allah swt itu berada. Padahal apabila anda mengerti sedikit saja tentang ilmu fisika dan astronomi: adakah yang disebut sebagai batas langit itu? Bahkan dengan lensa teleskop yang paling canggih sekalipun tidak pernah didapati apa yang disebut sebagai batas langit itu. Alam semesta ini boleh jadi terbatas, tetapi batas langit itu tidak ada.

Ini adalah penyelewengan dari ayat al-Quran:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِي إِذَا دَعَانِي فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku menjawab panggilan orang yang menyeru apabila ia menyeru kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selau berada dalam kebenaran.” (QS 2:186)

Apabila memang dekat lalu Allah ada dimana? Pernahkah anda menanyakan kepada para pemuka agama saat ini bagaimana cara untuk bertemu dan berhubungan dengan Allah?

Sejarah berulang kembali, umat manusia saat ini dijauhkan dari upayanya untuk kembali berhubungan langsung kepada Allah, kembali kepada Tauhid. Diperlukan seseorang seperti guru yang berani mendobrak belenggu dan membebaskan manusia dari perbudakan pemikiran kebanyakan tokoh dan pemuka agama. Kembali kepada misi para Nabi dan Rasul terdahulu yaitu mengajarkan manusia untuk kembali ke jalan Tauhid. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 22.41