Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Sabtu, 02 Januari 2016

Qudrat Sebagai Manusia

Pada suatu masa di era kerajaan Babilonia di masa kekuasaan raja Namrudz, rakyat dan para pemimpinnya hidup dengan meyembah berhala. Pada saat seluruh masyarakatnya sedang merayakan suatu perayaan di hutan, kota Babilon menjadi kosong. Ibrahim as yang diutus oleh Allah swt kemudian menghancurkan arca-arca berhala di dalam kota itu. Singkat cerita Ibrahim as ditangkap dan didakwa menghancurkan berhala-berhala tersebut, sehingga dia dihukum mati dengan cara dibakar.

Allah swt menunjukan kekuasaanNya dengan memerintahkan agar supaya api yang membakar Ibrahim as menjadi dingin dan menyelematkannya. Ibrahim as selamat dari kobaran api itu dan Allah swt sekali lagi telah menunjukan kehebatan dan kekuasaanNya di hadapan masyarakat Babilon dan raja Namrudz.

Peristiwa tentang manusia yang tidak hangus terbakar atau tidak mempan ketika dibacok bukanlah merupakan sesuatu yang istimewa buat masyarakat di Indonesia. Saat pertunjukan debus dipertontonkan misalnya, manusia yang tidak mempan dibakar atau dibacok atau peristiwa-peristiwa lainnya yang tidak lazim adalah suatu pertunjukan yang sudah biasa. Tidak terlampau istimewa untuk masyarakat di sini. Seorang manusia dibuat setengah teler, kemudian seperti orang yang kerasukan dia akan berbuat apa saja seperti memakan pecahan beling, menusuk-nusukan belati atau melumuri badannya dengan api yang berkobar, semuanya tidak mempan.

Di salah satu pesantren di Jawa Timur misalnya, pada suatu waktu tertentu diselenggarakan pertunjukan berupa permainan sepak bola api. Anehnya para santri yang menjadi pemainnya itu tidak merasakan panas dan tidak terbakar kakinya. Mereka telah menjalani ritual sebelum hari pertunjukan itu, seperti misalnya puasa selama beberapa hari, agar supaya badan mereka tidak merasakan panas dan tidak mempan terbakar api.

Saudar-saudaraku, peristiwa selamatnya Ibrahim as dari kobaran api yang membakarnya dan pertunjukan debus atau permainan sepak bola api tadi adalah suatu kejadian yang tidak sama. Ibrahim as adalah manusia yang tetap memiliki qudratnya sebagai manusia yang normal. Dia akan merasakan panas terhadap api dan tubunya pun akan teriris apabila ditebas pedang. Lalu mengapa Ibrahim as kemudian bisa selamat dari kobaran api yang membakarnya? Karena Allah Yang Maha Kuasa telah memerintahkan agar supaya api tadi menjadi dingin.

قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Kami (Allah) berfirman: Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim.” (QS 21:69)

Jadi dalam peristiwa selamatnya Ibrahim as dari kobaran api adalah menunjukan kekuasaan dan kehebatan Allah swt di hadapan manusia. Akan tetapi lain halnya dengan pertunjukan debus tadi, yang dipertontonkan adalah kehebatan orang yang kesurupan tersebut. Begitu juga dengan pertunjukan permainan sepak bola api, maka sama sekali tidak ada perintah Allah atau firman Allah kepada api.

Apakah dalam hal pertunjukan debus atau permainan sepak bola api tadi Allah sedang menurunkan mukjizatNya? Atau merupakan kekuatan karomah dari Allah? Tidak, pada dasarnya apa yang telah dipertunjukan tadi itu adalah lantaran pemanfaatan kekuatan jin. Jin mampu melindungi orang tempatnya bersemayam untuk kebal terhadap api maupun tebasan pedang atau golok. Energi jin memang mampu untuk berbuat seperti itu, dan itu adalah hal yang biasa dan normal untuk mahluk sepertinya. Itu adalah bagian dari qudrat bagi bangsa jin.

Akan tetapi lain halnya dengan manusia, Allah swt telah meng-qudrat-kan manusia tidak seperti itu. Manusia akan hangus terbakar dalam kobaran api, kepanasan dan akan teriris atau tertusuk pedang atau belati. Tidak kebal. Begitulah qudrat dari manusia yang telah digariskan oleh Allah.

Apabila manusia kemudian mempelajari cara-cara untuk menjadi kebal, tidak mempan dibakar atau dibacok atau ditembak, maka hal itu artinya manusia telah menentang qudratnya sendiri yang telah digariskan oleh Allah. Melawan qudrat berarti juga melawan kehendak Allah.

Islam tidak mengajarkan dan memperbolehkan umatnya untuk melawan qudrat Allah, apalagi dengan mempergunakan kerjasama dengan jin. Ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasullullah saw memerintahkan agar manusia itu tetap hidup dalam qudrat yang telah digariskan Allah untuk manusia.

Amirul Mukminin Umar ibn Khatab ra tewas karena ditebas pedang oleh seorang budak Majusi saat beliau sholat subuh, demikian juga khalifah penggantinya Utsman bin Affan ra tewas setelah ditusuk pedang oleh para pemberontak. Setelah itu khalifah pengantinya sayidina Ali bin Abi Thablib ra juga tewas ditikam pedang dari belakang oleh orang Khawarij saat memanggil orang-orang untuk sholat fajar tanggal 17 Ramadhan 40H. Mereka semua itu adalah orang-orang terdekat Rasullullah saw dan menerapkan ajaran Islam sepeninggal beliau, sejarah telah membuktikan bahwa mereka adalah manusia normal sesuai dengan qudratnya, tidak kebal.

Saat ini di pesantren-pesantren di Indonesia masih banyak sekali yang mengajarkan ilmu serta mempraktekan ajaran-ajaran tentang karomah atau kekuatan ghaib. Ketahuilah bahwa sesungguhnya apa yang dipelajari dan dipraktekan tersebut bukan lah merupakan karomah dari Allah swt, bukan juga ilmu yang datangnya dari ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan oleh Rasullullah saw. Itu semua adalah praktek dari pemanfaatan kekuatan jin dan khodam. Dengan demikian tinggalkanlah praktek semacam itu, karena hal itu jelas-jelas merupakan tipu daya iblis.

Jangan tertipu, menjadilah manusia sesuai dengan qudratnya. Itu jauh lebih baik.(AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.58