Minggu, 13 Maret 2016
Palestina : Mengantar Saudara Kita ke Pintu Gerbang Kemerdekaannya
Pada tahun 1944, Ir. Soekarno dan seluruh pejuang Indonesia masih meraba-raba bagaimana caranya Indonesia bisa memperoleh kemerdekaannya dari penjajahan Jepang. Bendera Jepang Hinomaru masih berkibar di Nusantara, kemudian karena kondisi perang yang kritis, PM Jepang Kaiso kemudian meminta bantuan pemuda dan rakyat Indonesia untuk membantu tentara Jepang dalam menghadapi Sekutu, dengan imbalan kelak di kemudian hari Jepang akan menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia.
Berita tentang ini kemudian disebarkan oleh pejuang-pejuang Indonesia ke dunia luar, utamanya adalah negeri-negeri dengan penduduk mayoritas muslim. Adalah Palestina bangsa pertama di dunia yang kemudian merespon dan memeberikan dukungan penuh kepada kemerdekaan Indonesia. Di titik waktu yang sangat krusial bagi sejarah bangsa ini, Mufti Besar Palestina Syaikh Muhammad Amin al-Husaini melalui radio Berlin berbahasa Arab tanggal 9 September 1944 menyiarkan ke seluruh dunia rasa syukurnya atas pengakuan Jepang bagi rencana kemerdekaan Indonesia sekaligus menyatakan dukungan penuh rakyat Palestina bagi kemerdekaan Indonesia.
Muhammad Ali Taher, seorang saudagar kaya Palestina kemudian dengan spontan menyerahkan seluruh uangnya di Bank Arabia kepada pejuang Indonesia tanpa meminta tanda bukti dan berkata: “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ..”
Setelah seruan itu, maka kemudian berdatanganlah dukungan dari negara daulat yang berani mengakui kemerdekaan RI pertama kali oleh Negara Mesir 1949. Pengakuan resmi Mesir itu (yang disusul oleh negara-negara Timur Tengah lainnya) menjadi modal besar bagi RI untuk secara sah diakui sebagai negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
Pengakuan yang diawali oleh bangsa Palestina kemudian Mesir dan diikuti oleh bangsa-bangsa lainnya setelah itu membuat RI berdiri sejajar dengan Belanda (juga dengan negara-negara merdeka lainnya) dalam segala macam perundingan & pembahasan tentang Indonesia di lembaga internasional.
Dengan demikian tepat lah apa yang dikatakan oleh presiden Palestina Mahmoud Abbas bahwa bangsa Indonesia adalah saudara bangsa Palestina. Ya, kita adalah bersaudara. Sudah tepat juga rasanya apabila kemudian pada hari ini bangsa Indonesia bukan hanya mendukung, tapi juga membantu bangsa Palestina untuk mewujudkan kemerdekaannya.
Ada beberapa point penting yang menjadi catatan bagi rencana kemerdekaan bangsa Palestina:
1. Pengakuan kedaulatan penuh dan kemerdekaan negeri Palestina adalah prioritas pertama saat ini. Dengan pengakuan kedaulatan itu maka Palestina bisa duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya dan memiliki kedaulatan untuk mengatur dan memperkokoh pemerintahannya
2. Banyak kalangan memandang bahwa perjuangan untuk menggempur dan menumpas bangsa yahudi adalah jalan satu-satunya untuk memerdekakan Palestina, padahal setiap perjuangan hendaknya dilandasi oleh strategi yang bijak dan didasari oleh hikmah luhur yang bersumber dari Allah Yang Maha Kuasa
3. Tidak harus sebuah perjuangan itu dilaksanakan dalam satu tahap besar yang sulit untuk dicapai, bisa saja kita bagi dalam beberapa tahapan. Seperti misalnya tahap pertama adalah menyatukan semua elemen bangsa Palestina agar tidak terpecah belah, seperti menyatukan sayap Hamas, Faniyeh dan al-Fayyah. Kemudian setelah itu baru kita masuk kedalam tahap berikutnya yaitu menancapkan kedaulatan bangsa Palestina.
4. Bangsa Palestina harus berdaulat dan merdeka, dengan atau tanpa mengakui keberadaan negara Israel
Apabila kita mempelajari sejarah bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya, maka jangan lupa bahwa kemerdekaan itu dicapai bukan oleh senjata, bukan oleh jerih payah diplomasi atau karena kegigihan perjuangan bangsa, akan tetapi “Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa”. Dengan demikian mulai saat ini marilah kita mendasari perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina kepada petunjuk dan hikmah dari Allah Yang Maha Kuasa. Kalau semua elemen bangsa Palestina mendasarkan perjuangannya benar-benar kepada Allah Yang Maha Kuasa, akankah terjadi perpecahan di antara mereka?
Kemudian kesalahan utama bagi perjuangan bangsa Palestina saat ini adalah pernyataan musuh kita adalah bangsa yahudi di Israel. Padahal seharusnya musuh utama itu adalah penjajahan, bukan bangsa yahudi.
Allah swt menurunkan Nabi dan Rasul dari kalangan yahudi jauh lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan bangsa lainnya. Akankah kita memusuhi mereka?
Musuh utama bangsa Palestina adalah penjajah, yang didorong dan diprakarsai oleh iblis di belakangnya. Setiap penjajahan di atas dunia itu harus dihapuskan, tidak peduli bangsa apakah yang melakukan penjajahan itu.
Kendati Belanda menindas dan menjajah Indonesia selama 250 tahun lamanya, tetapi kita tidak menaruh dendam. Tidak satupun ada kata Belanda atau Jepang tercantum dalam teks proklamasi ataupun Pembukaan UUD 1945. Karena memang musuh kita bukanlah Belanda atau Jepang, tapi penjajahan yang sebenarnya dimotori oleh iblis di belakangnya.
Sudah tepat langkah kita untuk mendukung pengibaran bendera Palestina di PBB dan juga rencana untuk membuka kantor Konsul Istimewa di Palestina. Mudah-mudahan ini bisa diikuti oleh negara-negara timur tengah lainnya.
Mari kita mendukung penyatuan semua faksi dan elemen bangsa Palestina untuk segera bersatu. Kita dengungkan lagi sebagaimana teriakan Bung Karno untuk yang kesekian kalinya di harian Fikiran Rakjat: “ Bersatulah Rakyat Palestina, Musuh tidak sedang Mengamuk !” (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 12.39