Sabtu, 4 Juni 2016
Makan dan Hubungannya dengan Penyakit
Sebenarnya ada suatu keterkaitan yang erat antara makan dengan panyakit, mulai dari pola makan, jenis makanan dan porsi makan akan memiliki dampak terhadap tingkat kesehatan dan kerentanan tubuh terhadap penyakit. Karena ternyata banyak sekali penyakit disebabkan justru oleh keadaan dan kondisi dari tubuh itu sendiri.
Di lingkungan sekitar manusia hidup, banyak sekali bertebaran bibit penyakit, mulai dari bakteri sampai dengan virus. Akan tetapi Allah telah menciptakan tubuh manusia dengan sistem kekebalan yang mampu melindungi manusia dari segala jenis penyakit tersebut. Terbukti sejak zaman Nabi Adam as dahulu manusia mampu mempertahankan kesehatannya dan hidup dalam usia ratusan tahun lamanya.
Lalu mengapa seseorang bisa jatuh sakit? Tubuhnya menjadi rusak dan akhirnya menemui kematian? Guru menjelaskan bahwa hal ini disebabkan karena ulah manusia itu sendiri yang tidak mengatur pola makan, jenis makanan dan porsi makannya.
Allah mengajarkan kita untuk senantiasa memperhatikan makanan kita.
فَلْيَنْظُرِ الإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ
“maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (QS 80:24)
Karena makan dan makanan inilah yang pada akhirnya bisa mendatangkan penyakit. Oleh karena tubuh kita memakan makanan maka tubuh akan mengalami penuaan dan akhirnya menjadi rusak.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan meningkatkan kadar kolesterol, glukosa dan trigliserida dalam darah yang apabila jumlahnya terlampau besar akan mengakibatkan berbagai macam penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes sampai dengan serangan jantung. Makanan juga akan merangsang pembentukan hormon IGF yang akan mengakibatkan tubuh mengalami penuaan.
وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لاَ يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ
“Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.” (QS 21:8)
Tubuh yang memakan makanan mengakibatkan tubuh menjadi tidak kekal, begitulah kesimpulannya. Namun sudah menjadi kodrat dari manusia bahwa Allah menciptakan tubuh manusia yang membutuhkan makan.
Guru mengajarkan murid-muridnya bahwa sebenarnya tubuh tidak membutuhkan banyak makanan, cukup sebagian kecil saja dari makan sudah mencukupi. Lebih lanjut guru mencontohkan murid-muridnya bahwa sekali makan itu sebenarnya cukup untuk kebutuhan tubuh selama tiga hari. Para Nabi dan Rasul serta para wali dahulu adalah orang-orang yang rajin berpuasa. Porsi makan mereka sedikit sekali dan mereka senantiasa mengurangi makan. Akibatnya mereka adalah orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat.
Di dalam al-Quran Allah memerintahkan manusia untuk memakan sebagian saja dari rezekiNya, bukan seluruhnya.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ الأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS 67:15)
Bukan hanya di dunia ini saja, bahkan di surga sekalipun Allah memerintahkan kita untuk memakan sebagian saja dari buah-buahan yang ada, bukan seluruhnya.
لَكُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ كَثِيرَةٌ مِنْهَا تَأْكُلُونَ
“Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.” (QS 43:73)
Dengan demikian maka mengurangi makan adalah hal yang baik dan dicontohkan oleh para Rasul dahulu. Apabila kita berlebihan dalam makan maka tubuh akan rentan terhadap penyakit, penumpukan kolesterol dan trigliserida akan meningkatkan resiko serangan jantung dan terbentuknya kanker.
يَابَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS 7:31)
Menurut guru makan sebanyak tiga kali sehari dengan porsi makan sebagaimana yang banyak kita dapati pada kebanyakan orang saat ini adalah berlebihan. Sebenarnya tubuh kita membutuhkan jauh lebih sedikit makanan.
Ingat, bahwa dosa yang pertama kali diperbuat manusia adalah karena makan, yaitu ketika Syaithan dahulu berhasil membujuk Nabi Adam as untuk memakan buah pohon Khuldi. Oleh sebab itu kita harus senantiasa waspada, karena yang akan merusak tubuh kita sendiri adalah makan dan makanan yang kita masukan kedalam tubuh.
Sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang diwajibkan atasnya untuk berpuasa selama satu bulan penuh. Pada saat kita berbuka puasa pada malam hari, jangan berlebihan dalam menyantap makanan. Karena berlebihan dalam menyantap makanan akan menghilangkan kebaikan puasa pada siang hari, sehingga puasa akan menjadi sia-sia.
Berbuka puasa dan menyantap makanan dalam jumlah yang sedikit adalah jauh lebih baik. Menahan nafsu makan dan minum di siang hari, hendaknya dilanjutkan dengan menahan hawa nafsu untuk tidak kalap menyantap makanan di malam harinya. Inilah yang dinamakan dengan menyempurnakan puasa sampai malam.
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمْ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنْ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنْ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
“...dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam...” (QS 2:187)
Guru menerangkan bahwa sering sekali Rasullullah saw berbuka puasa hanya dengan tiga butir buah kurma basah saja. Ingat bahwa yang mengenyangkan itu sebenarnya bukanlah makanan, yang menyehatkan dan menguatkan tubuh pada hakekatnya juga bukan makanan. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.59