Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Jumat, 01 Juli 2016

Ternyata Betapa Sulitnya Mendakwahkan Syahadat

Syahadat adalah kunci dari ajaran Tauhid yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul dari zaman dahulu kala sampai dengan Rasul terakhir Nabi Muhammad saw. Sedemikian panjangnya sejarah perjuangan dan pergumulan manusia demi untuk memperjuangkan suatu keyakinan yang lurus bagi umat manusia. Perjuangan antara anak cucu ketrununan Adam as melawan iblis yang bersumpah akan menyesatkan anak cucu keturunan Adam as dari jalan yang lurus.

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ
“Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (QS 7:16)

Pada hari ini hampir tidak ada satu pun dari umat Islam yang menolak ajaran Tauhid ini, kita semua sepakat bahwa Syahadat adalah prasyarat utama bagi seseorang yang beriman kepada Allah untuk pasrah, menyerahkan dirinya dan segala urusannya kepada Allah swt saja. Semua memahami dan menerima kalimat Syahadat sebagai kalimat Tauhid bagi ajaran yang lurus.

Akan tetapi ketika Anda menyebarkan ajakan untuk ber-Syahadat, mengulang-ulang ikrar dan bacaan Syahadat, maka situasinya akan jauh berbeda. Anda akan mendapat penentangan dan penghalangan dari berbagai kalangan. Sebagaimana jauhnya perbedaan antara orang yang hanya sekedar mengerti teori bermain sepak bola dengan pemain sepakbola yang terjun ke lapangan. Beda antara teori dengan praktek sesungguhnya di lapangan.

Penentangan datang dari beberapa orang awam yang bagi mereka ajakan ini asing, belum pernah mendengar ajakan ataupun seruan seperti ini sebelumnya dari Kyai atau Ulama. Sebenarnya hal ini saja sudah merupakan sesuatu yang aneh mengapa tidak ada yang menyerukan ajakan untuk banyak mengikrarkan dan membaca Syahadat?

Penentangan juga akan datang bahkan dari kalangan Kyai dan Ulama yang menyatakan bahwa mengulang-ulang ikrar dan bacaan Syahadat adalah sesuatu yang tidak perlu. Sungguh hal ini adalah sesuatu yang tidak berbeda dengan apa yang pernah diperbuat oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani terdahulu.

أَمْ تَقُولُونَ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطَ كَانُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى
قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمْ اللَّهُ وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنْ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

“Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?" Katakanlah: "Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (QS 2:140)

Sebenarnya, walaupun dalam keadaan beriman seseorang sangat mungkin untuk dapat tergelincir pada suatu waktu tertentu dari imannya. Seperti misalnya keluar dari sikap pasrah dan berserah diri kepada Allah, berburuk sangka kepada orang lain, atau bahkan berburuk sangka kepada Allah swt. Sehingga apabila kemudian kita mati dalam keadaan seperti itu, maka sia-sia lah iman dan amal perbuatan kita sebelumnya, karena kita mati bukan dalam keadaan Islam. Dan ternyata kasus ini banyak sekali terjadi pada anak cucu keturunan Adam as, sehingga Nabi Ibrahim as merasa penting untuk mewasiatkan hal ini kepada anak-anaknya.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمْ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (QS 2:132)

Zikir seperti halnya La Ilaha Illallah yang banyak diajarkan oleh Kyai dan Ulama adalah jauh berbeda dengan dua kalimat Syahadat. Kalimat tersebut tidak mengandung unsur pernyataan ikrar Tauhid kepada Allah dan persaksian akan kerasulan Nabi Muhammad saw.

Apabila Anda terjun langsung ke lapangan menyerukan umat Islam untuk banyak-banyak mengucapkan ikrar Syahadat, membenarkannya di dalam hati dan menyarankan pembacaan ikrar Syahadat dalam suatu sumpah, maka Anda akan mengerti bahwa Anda akan berhadapan dengan lawan bebuyutan manusia, yaitu iblis. Anda akan bisa melihat sendiri bagaimana sepak terjang iblis tersebut dalam menghalangi usaha Anda, sehingga Anda bisa merasakan langsung perlawanan ini.

Apa yang disebutkan dalam ayat al-Quran dan kitab hadits tentang upaya iblis untuk menggelincirkan manusia dari jalan yang lurus akan Anda temui dan alami langsung. Sehingga Anda akan memahami betapa sulitnya menyerukan dan mensyiarkan kalimat Syahadat tersebut secara langsung, bukan sekedar memahaminya melalui teori dan dalil semata, tetapi membuktikan dan mengalaminya sendiri di lapangan.

Sementara seluruh umat Islam menerima kebenaran Syahadat, akan tetapi ternyata sangat sulit untuk menyerukannya. Ini adalah suatu paradox (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.39