Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Minggu, 14 Agustus 2016

Pengesahan Suatu Ibadah

Pada malam 27 Rajab pada tahun kesepuluh kenabian Rasullullah saw (621 M), Allah swt telah memperjalankan RasulNya di malam hari dari masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي
الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS 17:1)

Pada masa itu perjalanan dari Mekkah ke Palestina dengan jarak sekitar 1500 km dengan mempergunakan unta akan memakan waktu kurang lebih 2 bulan lamanya. Pada zaman itu, belum ada kendaraan buatan manusia yang bisa mengantarkan manusia lebih cepat dari itu. Akan tetapi Allah swt telah memperjalankan RasulNya di malam itu dalam waktu beberapa saat saja.

Setelah itu kemudian Allah swt melanjutkan perjalanan Rasullullah saw dari masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha, untuk bertemu langsung dengan Tuhan Semesta Alam, Allah swt.

Semenjak pertama kali Allah menciptakan mahluk, saat itu belum pernah ada satu pun mahluk yang pernah bertemu langsung dengan Tuhan Semesta Alam. Tidak para malaikat dan juga para Nabi dan Rasul sebelumnya. Di Sidratul Muntaha itulah, Allah swt memerintahkan secara langsung kepada Rasullullah saw untuk melaksanakan Shalat wajib bagi seluruh umat Islam.

أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى
عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى
إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى
لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى

“Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS 53:12-18)

Apakah ibadah sholat belum pernah diperintahkan kepada Nabi dan Rasul sebelumnya? Jawabnya adalah: sudah. Beberapa Nabi dan Rasul sebelum itu telah diperintahkan untuk melaksanakan ibadah sholat bagi umatnya, dengan waktu dan tata cara yang berbeda-beda.

Lalu apa istimewanya dengan perintah Sholat wajib 5 waktu yang diterima Rasullullah saw di Sidratul Muntaha itu? Jawabnya adalah bahwa ibadah tersebut diperintahkan langsung oleh Allah swt, Tuhan Semesta Alam, sekaligus disahkan langsung oleh Allah swt.

Sebuah ibadah yang dilakukan berulang-ulang oleh umat memang memerlukan pengesahan, hal ini ditujukan agar supaya tidak terjadi penyimpangan terhadap ibadah itu sendiri, sekaligus tidak dapat dibelokan tujuannya dari maksud lain selain peribadatan kepada Allah swt. Sehingga dengan demikian maka penting bahwa suatu ibadah memang seharusnya disahkan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan oleh umat.

Anda pernah mencoba melakukan zikir Bismillahirrahmanirrahim...? maka jangan kaget apabila kemudian yang muncul mendatangi Anda adalah siluman macan. Hal ini telah seringkali dilaporkan terjadi pada para pelaku zikir tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena ibadah zikir tersebut belum pernah disahkan oleh Allah swt dan para Nabi/RasulNya. Boleh jadi awal mula sebelumnya ibadah zikir tersebut dilaksanakan oleh seseorang memang memiliki tujuan untuk memanggil siluman macan.

Kemudian bagaimana halnya dengan ibadah zikir SIS (Syahadat, Istighfar dan Sholawat)? Adakah ibadah ini memiliki pengesahan?

Dengan mengikuti petunjuk kuat dari Allah swt, guru pada waktu yang lampau pergi ke tanah suci Mekkah. Lalu kemudian dengan mengikuti petunjuk yang diterimanya, beliau melaksanakan ibadah zikir SIS (Syahadat, Istighfar dan Sholawat) di depan Ka’bah sembari melaksanakan tawaf berulang-ulang sebanyak 41 kali putaran. Hingga akhirnya dengan disaksikan oleh Allah swt beserta para Nabi dan RasulNya, ibadah zikir tersebut disahkan.

Apa pentingnya pengesahan ibadah zikir SIS tersebut? Pengesahan tersebut sangat penting artinya karena dengan demikian maka ibadah zikir tersebut terjamin akan diterima dan diridhoi Allah swt. Para pelaku zikir SIS tersebut telah dijamin tidak akan tersesat dan zikir tersebut tidak akan dapat dipergunakan untuk maksud-maksud lain yang melenceng dari hanya untuk beribadat kepada Allah swt.

Saat ini ada banyak sekali macamnya zikir yang dilakukan oleh umat Islam, namun pernahkah Anda mempertanyakan apakah berbagai macam ibadah zikir tersebut telah mendapat pengesahan dari Allah dan para Nabi/RasulNya? Tanpa pengesahan maka boleh jadi sesuatu ibadah akan melenceng dari maksud awalnya.

Sebagaimana Rasullullah saw dahulu, beliau menyadari bahwa umat-umat terdahulu telah melaksanakan ibadah sholat. Akan tetapi tanpa perintah dan pengesahan langsung dari Allah swt, beliau tidak merekayasa sendiri dan menerapkannya kepada umat beliau. Demikian juga dengan ibadah zikir SIS, guru tidak merekayasa dan menciptakannya berdasarkan pengetahuan atau keinginannya sendiri. Zikir SIS adalah hasil dari petunjuk Allah swt dan ibadah tersebut telah disahkan di masjidil Haram. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 14.18