Selasa, 08 November 2016
Guru Yang Bijaksana
Seorang guru yang bijaksana, maka dia akan mengajarkan kepada murid-muridnya untuk beriman sepenuhnya kepada Allah swt, bukan kepada gurunya. Karena beriman kepada guru berarti mentaati segala perintah dan ajaran guru meskipun hal itu bertentangan dengan perintah Allah swt.
Mengajarkan murid-murid untuk bersikap taqlid dan mengkultuskan pribadi seorang guru hanya akan menjadikan guru tersebut sebagai ilah atau tandingan tuhan.
Oleh sebab itu, maka yang diajarkan oleh seorang guru yang bijaksana kepada murid-muridnya adalah beriman sepenuhnya kepada Allah swt, bukan kepada guru. Sebagaimana peristiwa dahulu pada saat Rasullullah saw wafat, maka sebagian besar umat Islam seketika itu juga kacau dan jatuh dalam keadaan kebingungan. Sehingga sahabat Umar Ibn Khatab mengancam untuk menebas leher siapa saja yang berani mengatakan Rasullullah saw wafat. Sehingga akhirnya sahabat Abu Bakar menenangkan keadaan dan menyadarkan umat Islam ketika itu akan suatu ayat dalam al-Quran:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِيْن مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى
عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS 3:144)
Kemudian, seorang guru yang bijaksana bukan berarti guru yang memiliki banyak murid atau jamaahnya, karena apa saja yang diajarkannya adalah sesuatu yang benar-benar memang perlu untuk diajarkan, bukan sesuatu yang sekedar digemari atau menarik hati banyak orang.
Guru yang bijaksana tidak selalu merupakan ustadz, kyai atau ulama favorit, karena orientasi guru yang bijak bukanlah untuk mengikuti keinginan pasar, keinginan khalayak pada umumnya. Akan tetapi apa yang disampaikan oleh guru yang bijak adalah keinginan Allah swt, yang sering kali tidak sejalan dengan keinginan khalayak pada umumnya.
Guru yang bijaksana, bisa jadi dengan jumlah murid yang sangat sedikit itulah justru Allah swt lebih ridho. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.01