Minggu, 13 November 2016
Perang Terhadap Ahli Kitab
Pada tahun 1884, sebelum berangkat ke tanah Arab, Snouck Hurgronje pernah membuat suatu tulisan di Indische Gids, membantah pendapat LWC Van Den Berg bahwa menurutnya di dalam agama Islam tidak ada sistem kependetaan dan tidak ada upacara sebagaimana pentasbihan pendeta dalam agama Kristen. Dalam sistem masyarakat Islam siapa saja bisa menjadi ulama dan imam. Inilah yang kemudian dilihatnya sebagai celah untuk memecah belah masyarakat Islam.
Begitulah kemudian Snouck Hurgronje berangkat ke Jeddah, lalu mengaku menjadi orang Islam dengan nama Haji Abdul Ghaffar dan mengucapkan Syahadat di depan qadi Jeddah bernama Ismail Agha. Setelah mempelajari Islam di Mekkah, dia datang ke Indonesia pada tahun 1889, dan kemudian pada tahun 1891 dia berangkat ke Aceh dengan maksud untuk memecah belah masyarakat Islam di Aceh dan meredam perang Aceh yang berkepanjangan.
Haji Abdul Ghaffar pada 23 Mei 1892 mengajukan Atjeh Verslag yang berisi laporan kepada pemerintah Hindia Belanda tentang struktur budaya dan keagamaan masyarakat Aceh serta masukan tentang strategi militer Hindia Belanda yang harus diterapkan kepada masyarakat Aceh. Dia mendekati para ulama waktu itu dan mendorong mereka untuk bisa memberikan fatwa agama, tetapi fatwa-fatwa itu berdasarkan politik Divide et Impera.
Inilah barangkali contoh konkrit dari peran seorang ahli kitab dalam memecah belah masyarakat Aceh dan meredam perlawanan masyarakatnya. Haji Abdul Ghaffar adalah seorang yang menguasai bahasa arab dan hafal al-Quran. Bahkan oleh beberapa kalangan yang terkagum-kagum dengan pengetahuannya tentang Islam memberi gelar kepadanya Syaikhul Islam Tanah Jawi.
Demikian juga bahwa di sepanjang sejarah para Rasul terdahulu di masing-masing zamannya, sepeninggal Rasul yang bersangkutan, selalu saja terdapat segolongan para ahli kitab. Diantara mereka ternyata banyak yang memiliki tujuan untuk menggelincirkan manusia dari keimanannya dan dari jalan yang lurus. Ternyata dalam al-Quran di surat al-Maidah banyak sekali dibuka kedok rahasia dari perilaku dan karakter para ahli kitab tersebut.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَ
أَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (QS 5:77)
Apakah para ahli kitab tersebut hendak menggelincirkan manusia dari ajaran-ajaran sebelum Islam saja?
Tidak ternyata para ahli kitab itu hendak menggelincirkan seluruh manusia di seluruh zaman dari keimanan dan jalan yang lurus yang telah diajarkan Allah swt dalam seluruh ajaran agama dan kitab-kitab yang pernah diturunkan Allah seperti Taurat, Injil dan juga al-Quran.
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ
وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلاَ تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. “ (QS 5:68)
Pada suatu diskusi di pengajian dengan guru kita, diberitakan bahwa pada hari ini para wali dan para syuhada telah menyatakan perang terhadap para ahli kitab.
Belum tentu setiap sarjana atau ustadz yang datang dari tanah arab seperti halnya Haji Abdul Ghaffar tadi adalah benar-benar seorang Syaikhul Islam, bisa jadi mereka adalah para Snouck Hurgronje baru yang bertujuan untuk memecah belah masyarakat Islam di tanah air. Mereka hafal al-Quran dan hadits dan dengan itu mereka kemudian membuat fatwa dengan tujuan untuk memecah belah, bukan untuk mempersatukan umat. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 18.04