Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Rabu, 23 November 2016

Berita Hoax

Pada hari ini umat Islam di dunia layaknya buih di lautan yang mudah sekali terombang-ambing oleh arus dan terbawa oleh sapuan gelombang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari umat Islam saat ini mudah sekali untuk diadu domba, dihasut dan termakan oleh berita bohong dan fitnah.

Di zaman yang modern ini dimana hampir setiap orang memiliki akses ke internet dan sosial media, maka suatu berita bohong akan cepat sekali menjalar dan menjadi viral. Kemudian hal ini diperparah lagi dengan karakteristik sebagian besar masyarakat kita yang tidak pernah atau jarang sekali melakukan verifikasi untuk memeriksa apakah suatu berita itu benar atau bohong. Sehingga tanpa adanya proses verifikasi kebenaran berita, maka mayoritas umat Islam menjadi sangat rentan untuk termakan hasutan dan fitnah dari piihak-pihak yang menginginkan perselisihan dan makar.

Hal ini bukan hanya terjadi saat ini saja, dahulu di zaman Rasulullah saw pun pernah terjadi peristiwa penghasutan yang menggegerkan umat saat itu. Alkisah pada saat selesai perang Bani Mustaliq rombongan Rasulullah saw beristirahat sejenak di tengah perjalanan pulang menuju Madinah. Oleh karena sesuatu hal istri beliau Aisyah ra tertinggal sendirian, dan rombongan pasukan Rasulullah saw telah berangkat terlebih dahulu meneruskan perjalanan ke Madinah. Kemudian Aisyah ra akhirnya ditemukan oleh seorang pasukan bernama Safwan bin Mu'attal as-Sulami, yang tugasnya memang menyisir di belakang rombongan pasukan.

Kemudian oleh Safwan inilah Aisyah ra kemudian dibawa dan diantarkan kembali ke Madinah. Nah, karena mereka hanya berdua saja, maka kemudian syaithan menghasut umat Islam melalui mulut Abdullah bin Ubai untuk menebar fitnah, bahwa telah terjadi perselingkuhan antara Safwan dengan Aisyah ra. Sedemikian tajam hasutan itu menusuk fikiran dan persangkaan umat Islam saat itu sehingga kemudian banyak umat Islam yang termakan oleh berita bohong tersebut.

Sehingga kemudian Allah swt menurunkan firman-Nya di surat An-Nur berikut ini:
لَوْلاَ جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُوْلَئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمْ الْكَاذِبُونَ
وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.” (QS 24:13-14)

Demikianlah bagaimana orang-orang fasiq di zaman Rasulullah saw dahulu menebar fitnah berita bohong kepada umat Islam.

Di dalam al-Quran di ayat lainnya Allah swt memerintahkan kepada umat Islam untuk mengecek dan melakukan verifikasi atas setiap informasi yang diperoleh, karena memang syaithan telah bersumpah untuk menghasut manusia melalui orang-orang fasiq agar supaya timbul perselisihan dan malapetaka diantara manusia.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS 49:6)

Pada saat ini, hampir setiap hari kita menerima berbagai macam berita dan informasi. Maka sudah selayaknya kita harus bijak untuk menyaring dan melakukan verifikasi atas berita tersebut, sehingga kita akan terhindar dari hasutan berita yang ternyata bohong.

Apabila kita malas untuk melakukan verifiaksi atas berita dan informasi yang kita peroleh, atau kita tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pengecekan kebenaran suatu berita, maka cara yang paling mudah adalah kembali kepada guru. Guru kita mempunyai kemampuan untuk menilai kebenaran suatu berita lebih bijak dan lebih baik dibandingkan dengan kita, maka alangkah baiknya apabila kita bertanya kepada beliau atas segala berita yang kita terima.

Itulah salah satu manfaat dari memiliki guru dalam mengarungi kehidupan ini, salah satu dari karunia Allah swt yang besar bagi kita sehingga kita tidak mudah terombang-ambing dan termakan hasutan. Jadi, ayo kita bertanya kepada guru sebelum terlanjur termakan hasutan berita bohong. (AK)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.34