Selasa, 14 Februari 2017
Hidup Penuh Dengan Bersyukur Kepada Allah
Bersyukur artinya adalah berterima kasih, jadi apabila kita mengakui bahwa semua nikmat hidup di dunia ini adalah pemberian Allah swt kepada kita, maka kita wajib untuk bersyukur atau berterima kasih kepada Allah. Apabila kita tidak berterima kasih kepada Allah swt, maka artinya kita termasuk orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, alias orang-orang yang mendustakan nikmat Allah tersebut.
Banyak dari kita merasa bahwa segala yang kita dapati ini adalah sesuatu yang sudah semestinya, bukan pemberian nikmat dari Allah. Misalnya saja angin yang bertiup untuk menggerakan perahu layar di lautan, kita merasa bahwa itu bukanlah nikmat Allah. Padahal kalau kita amati bagaimana siklus angin yang bertiup dari laut ke darat dan dari darat ke laut, ternyata bukanlah sesuatu yang serta merta terjadi begitu saja. Ada Kekuasaan Allah yang tidak terlihat yang kemudian menggerakan arah angin tersebut.
Kecenderungan manusia untuk mendustakan nikmat Allah tersebut menyebabkan Allah perlu untuk mengingatkannya sebanyak 31 kali di dalam surat ar-Rahman.
فَبِأَيِّ آلاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS 55:13)
Padahal sebenarnya jumlah nikmat Allah kepada manusia dan seluruh mahlukNya banyak sekali, tidak terhitung jumlahnya. Baik itu nikmat yang disadari maupun nikmat Allah yang tidak disadari.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 16:18)
Nikmat Allah yang tidak disadari misalnya saja adalah suhu air membeku. Air apabila kita dinginkan, maka pada suhu 4 derajat celcius air menjadi lebih berat, sehingga kemudian air tersebut akan turun ke dasar. Air yang dipermukaan apabila didinginkan sampai suhu kurang dari 0 derajat celcius maka air akan membeku. Akibatnya adalah air danau atau air laut yang ada di negara beriklim salju, tidak semuanya membeku. Hanya air yang di permukaannya saja yang membeku, sedangkan di bawahnya ada air yang tidak membeku dengan suhu sekitar 4 derajat celcius tadi. Ini adalah sifat molekul air, tanda dari nikmat Allah. Coba anda bayangkan apabila keseluruhan air di danau atau di laut negara-negara beriklim salju tadi semuanya membeku, maka semua ikan dan mahluk yang hidup di dalam air akan mati semuanya. Kehidupan akan berhenti dan mahluk di air danau dan air laut tadi akan musnah. Itulah nikmat Allah bagi mahlukNya yang ditanamkan pada sifat molekul air.
Dalam sebuah pengajian, guru kita mengajarkan kepada murid-muridnya untuk senantiasa bersyukur kepada Allah swt, yaitu berterima kasih secara bersungguh-sungguh. Bukan sekedar rasa berterima kasih semata, tetapi caranya adalah dengan membaca wirid yang berulang-ulang dengan disertai memanjatkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan. Kemudian dalam pengajian di malam itu, guru kita membacakan ayat al-Quran berikut ini:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS 14:7)
Guru mengajarkan kepada murid-muridnya untuk mendahulukan bersyukur terlebih dahulu sebelum datangnya nikmat, sebagaimana inti dari ayat al-Quran tersebut. Sebagaimana guru juga mengajarkan kepada murid-muridnya untuk memuji Allah terlebih dahulu sebelum kita mengharapkan Rahman dan Rahim Allah swt.
Bukankah: sebelum memanjatkan doa permintaan dalam sholat ketika duduk di antara dua sujud, terlebih dahulu kita harus menyembah Allah dengan berdiri, ruku dan sujud?
Rahasia dari ajaran yang tersembunyi ini adalah sebagai berikut: apabila kita menaikan sesuatu ke atas, ke hadapan Allah swt, maka segala Sebab bisa menjadi Akibat, dan segala Akibat bisa menjadi Sebab. Keduanya itu: Sebab dan Akibat akan gulung menjadi satu, saling mengadakan satu dengan yang lainnya. Seperti nafas yang kita hembuskan akan menyebabkan kita menghirup nafas, begitu juga sebaliknya menghirup akan menyebabkan kita menghembuskan nafas. Bagitu juga halnya dengan Sebab dan Akibat.
Artinya adalah apabila anda bersyukur kepada Allah karena memberikan sepeda motor, maka di kemudian hari anda akan menerima sepeda motor itu. Akibat dari anda berterima kasih kepada Allah yang memberikan nikmat berupa sepeda motor, maka kemudian datanglah sebabnya: anda menerima sepeda motor. Kejadiannya tidak harus anda menerima sepeda motor dahulu baru kemudian anda berterima kasih kepada Allah, tetapi bisa juga sebaliknya: anda berterima kasih terlebih dahulu baru kemudian anda menerima sepeda motor.
Begitulah rahasia bersyukur dan berterima kasih itu. Ajaran yang terselip dan tersembunyi dari guru kita. Berterima kasih lah lebih dahulu, bersyukur lah lebih dahulu, maka baru kemudian anda akan mendapati apa yang anda syukuri tadi.
Di hadapan Allah: Sebab bisa menjadi Akibat, dan Akibat bisa menjadi Sebab. Tidak banyak yang mengerti dan memahami rahasia kehidupan dari hukum Allah yang satu ini.
Dahulu sebelum Allah menciptakan manusia, Allah mengatakan kepada para malaikat bahwa Dia akan menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi ini. Maka kemudian setelah Allah swt menciptakan Nabi Adam as dan Hawa, kemudian keduanya di suatu hari melanggar larangan Allah untuk tidak mendekati pohon buah quldi. Oleh sebab pelanggaran itulah maka kemudian keduanya dibuang ke muka bumi. Dalam kisah ini: Akibat mendahului Sebab. Begitulah.
Oleh karena pasangan sebab akibat dari Nikmat Allah adalah bersyukur, maka rahasianya adalah bersyukurlah terlebih dahulu maka anda akan menerima nikmat Allah kemudian. Akibat bisa mendatangkan Sebab. Mudah-mudahan anda mengerti dan memahami ajaran yang tersembunyi ini. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 20.49