Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Kamis, 25 Mei 2017

Bagimu Agamamu dan Bagiku Agamaku

Pada hari ini hampir sebagian dari orang Islam di negeri ini gemar sekali untuk menghakimi orang lain. Menghakimi agama lain, yang dianggapnya adalah agama kafir, sampai juga menghakimi orang-orang Islam sendiri yang tidak sepaham dengan mereka. Terutamanya adalah dari kalangan orang-orang beraliran radikal yang mereka itu gemar sekali menghakimi orang lain.

Entah mengapa, orang-orang yang beraliran radikal tersebut mereka gemar sekali untuk menghakimi orang lain di media-media sosial, maupun di kehidupan bermasyarakat. Seperti misalnya menghakimi keyakinan dan kepercayaan orang lain secara terbuka, lalu mempostingnya di media sosial, atau bahkan menghakimi keyakinan umat Islam itu sendiri yang tidak sepaham dengan mereka.

Padahal dalam hal keyakinan dan kepercayaan tersebut, manusia tidak boleh menjadi hakim. Allah lah yang berhak menjadi hakim, bukan manusia. Hal ini mirip dengan apa yang pernah dilakukan oleh para rahib Yahudi dan pendeta-pendeta Nasrani dahulu terhadap keyakinan baru yang dibawa Rasulullah saw. Berikut ini adalah firman Allah swt dalam al-Quran.

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا ۚ وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ
أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.” (QS 6:114)

Jadi menurut ayat tersebut di atas, maka hal-hal yang menyangkut keyakinan agama dan keyakinan terhadap kitab-kitab yang pernah diturunkan Allah swt, maka hanya Allah sajalah yang berhak menjadi hakim. Lha, mengapa di zaman sekarang ini malahan banyak sekali orang-orang yang gemar menjadi hakim?

وَإِنْ كَانَ طَائِفَةٌ مِنْكُمْ آمَنُوا بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ وَطَائِفَةٌ لَمْ يُؤْمِنُوا فَاصْبِرُوا حَتَّىٰ يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا ۚ
وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ

“Jika ada segolongan daripada kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (QS 7:87)

Maka apabila saat ini ada segolongan dari orang-orang Islam yang gemar menghakimi orang lain, maka pada hakekatnya dia telah memakai pakaian Tuhan. Sesuatu yang tidak sepantasnya.

Dengan dalih kitab al-Quran dan kitab Hadits, maka beberapa orang menghakimi keyakinan dan kepercayaan orang lain. Sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan al-Quran itu sendiri. Merasa dirinya sudah yang paling benar, padahal al-Haq itu adalah nama Tuhan, bukan untuk manusia yang memiliki banyak sekali kelemahan. Sungguh benar-benar keterlaluan.

Dalam hal keyakinan beragama, antar pemeluk agama yang berbeda maupun antar sesama agama tetapi dengan pemahaman yang berbeda, guru kita mengajarkan kepada murid-muridnya sikap: Bagimu agamamu dan Bagiku agamaku. Persis sama dengan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah saw dahulu ketika menghadapi ajakan untuk mencampur keyakinan agama Islam dengan keyakinan jahiliyah orang-orang Arab Quraisy waktu itu. Tidak menghakimi, tetapi juga tidak mencampur aduk keyakinan. Membiarkan dan menghormati keyakinan orang lain, tidak perlu menjadi usil.

Kita bukanlah hakim, kita manusia ini hanyalah sekedar penyampai kebenaran dan kelak di akhirat kita akan diminta menjadi saksi di sidang pengadilan Allah. Tidak lebih dari itu. Mengapa saat ini banyak sekali orang merasa dirinya paling benar? Sudah merasa menjadi al-haq, merasa dirinya adalah tuhan. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 20.30