Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Jumat, 23 Juni 2017

Mentaati Petunjuk Allah

Jangan mentang-mentang sudah banyak melaksanakan ibadah sholat, lalu merasa diri ini lebih sempurna dibandingkan dengan orang yang tidak sholat. Belum tentu orang yang melaksanakan sholat itu lebih bertakwa dibandingkan dengan yang tidak melaksanakannya. Jangan mentang-mentang sudah berpuasa, lalu merasa diri ini lebih sempurna dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa. Boleh jadi justru orang yang tidak berpuasa itulah yang lebih bertakwa dibandingkan dengan orang yang berpuasa.

Dahulu kala di zaman Rasulullah saw, orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengajak Rasulullah untuk menjalankan dan mengikuti syariat Allah yang sebelumnya diturunkan kepada mereka. Akan tetapi Rasulullah saw menolaknya, karena beliau menerima petunjuk Allah agar supaya tidak perlu menjalankan syariat mereka. Allah swt memberikan ketentuan dan ketetapan yang lain bagi beliau dan para pengikutnya.

Masing-masing umat atau masing-masing kelompok masyarakat mereka memiliki ketentuan dan ketetapan Allah yang berbeda-beda. Rasulullah saw tidak mau melaksanakan syariat Allah yang diturunkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah karena berdasarkan petunjuk dari Allah swt.

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS 2:120)

Demikian juga halnya yang terjadi pada kisah Nabi Ibrahim as, tatkala beliau menelantarkan istrinya seorang diri di padang pasir yang tandus dan sepi, adalah bukan karena kemauan diri sendiri, melainkan hal itu adalah karena petunjuk Allah yang memerintahkan demikian. Kemudian setelah itu beliau berkeinginan hendak menyembelih anaknya Ismail, juga bukan karena kemauan diri sendiri, melainkan karena petunjuk Allah yang memerintahkan demikian. Demikian juga yang terjadi pada kisah Nabi Khidir as ketika beliau melubangi kapal dan membunuh seorang anak kecil. Itu juga bukan karena kemauan dirinya sendiri, melainkan adalah karena petunjuk Allah yang memerintahkan demikian.

Orang-orang yang tidak melaksanakan sholat, yang tidak menjalankan puasa, boleh jadi adalah karena bukan kemauan mereka sendiri, tetapi karena petunjuk Allah yang memerintahkan demikian. Sebaliknya kebanyakan dari orang-orang yang melaksanakan sholat dan menjalankan puasa adalah mereka yang menuruti kemauan pribadi dalam rangka mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya.

Padahal setiap orang yang dilahirkan ke dunia ini memiliki kedudukan dan tugasnya masing-masing. Tidak perlu sama antara yang satu dengan yang lainnya. Orang yang mengikuti petunjuk Allah, maka dialah yang pasti benar. Meskipun tidak selalu sejalan dengan aturan syariat.

Jangan mentang-mentang telah menjalankan ibadah maka merasa diri ini lebih sempurna. Karena boleh jadi orang yang tidak menjalankan ibadah itu sebenarnya mereka justru tengah menjalankan ibadah jenis lain yang berdasarkan petunjuk Allah. Dan boleh jadi menjalankan ibadah mengikuti petunjuk Allah tersebut jauh lebih berat, karena tidak selalu sejalan dengan aturan syariat agama. Jangan mentang-mentang, karena yang paling tinggi kedudukannya di hadapan Allah ialah mereka yang paling bertakwa, yaitu yang paling taat dalam menjalankan petunjuk Allah swt. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.47