Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Saturday, 19 August 2017

Ulil Albab and the Heaven Gate Keeper

Ada suatu ayat dalam al-Quran, yaitu pada surat Ali Imran ayat 190 dan 191 yang membicarakan tentang Ulil Albab. Beberapa ahli dan ulama telah menjabarkan isi tafsir dan kandungan dari ayat terebut dari berbagai sudut pandang, namun ternyata masih belum sepenuhnya bisa menjelaskan hubungan antara berzikir, penciptaan langit dan bumi serta Ulil Albab. Nah, tulisan berikut ini mungkin merupakan salah satu bahan masukan utuk mencoba menjelaskan bagaimana hubungan dari ketiga hal tersebut, yaitu berzikir, penciptaan langit dan bumi serta Ulil Albab.

Ulil Albab oleh kebanyakan penafsiran diartikan sebagai orang-orang yang berakal, orang-orang yang mempergunaakn akal atau pun kaum cendikiawan. Kata Albab adalah bentuk jamak dari kata Lubb, yaitu isi kandungan yang terdalam, atau esensi dari sesuatu. Oleh DR. Quraish Shihab kata Lubb itu diibaratkan seperti isi terdalam, sebagaimana isi dari kacang yang telah dikupas dari kulitnya. Nah, demikian juga dengan Lubb, maka isi dari qalbu yang paling dalam dan paling esensi, itulah Lubb, hati nurani yang paling dalam.

Jadi Ulil Albab adalah orang-orang yang memiliki hati nurani paling dalam yang jernih, serta orang-orang yang senantiasa berzikir pada saat berdiri, duduk atau pun berbaring. Berikut ini adalah sekilas ulasan tentang mereka, sekedar tulisan tentang pengalaman paling berkesan mereka dan rahasia terdalam mereka.

Orang-orang yang masih memiliki hati nurani yang jernih, hati nurani yang paling dalam, mereka itu apabila tengah khusyu dalam berzikir seraya memejamkan matanya, maka kemudian di saat-saat tertentu ternyata mata hati nuraninya akan dapat melihat kejadian penciptaan langit dan bumi. Allah swt memperlihatkan hal tersebut kepada mereka bagaimana pertama kali langit dan bumi diciptakan.

Mata hati mereka yang jernih akan dapat melihat bagaimana pertama kali alam semesta tercipta melalui suatu ledakan dashyat yang disebut Big Bang. Itulah peristiwa awal mula kelahiran dari seluruh galaksi dan bintang-bintang di alam semesta. Alam semesta yang dulunya kosong, belum ada apa-apa, hampa. Tiba-tiba melalui suatu ledakan dashyat terciptalah bintang dan ribuan galaksi menghiasi alam semesta ini. Itulah Big Bang, lubang tempat ledakan dashyat pertama yang menjadi pintu bagi langit terendah, pintu yang berasal dari langit di atasnya.

Apalagi yang diperlihatkan Allah swt kepada mereka, Ulil Albab di saat mereka berzikir dengan khusyu? Selain itu, mereka juga akan dapat melihat kilatan-kilatan cahaya seperti pulsar, yaitu kilatan-kilatan cahaya dari bintang yang sangat terang sekali, pada saat sebuah bintang diambang kematiannya. Kilatan-kilatan cahaya yang sangat terang yang memancarkan gelombang radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Itulah saat-saat sebuah bintang menjelang kematiannya.

وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا الطَّارِقُ
النَّجْمُ الثَّاقِبُ

“Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya bersinar tajam.” (QS 86:1-3)

Jadi sesungguhnya di dalam diri manusia, apabila hati nurani yang paling dalam seseorang masih jernih, maka tatkala mereka tengah khusyu berzikir, Allah swt akan menampakan peristiwa dashyat yang terjadi di alam semesta, yaitu peristiwa awal lahirnya seluruh bintang-bintang di alam semesta dan peristiwa bagaimana sebuah bintang mengalami kematian. Semuanya itu jelas diperlihatkan Allah swt di dalam diri manusia itu. Itulah mengapa beberapa orang ulama terdahulu menyatakan bahwa sebenarnya di dalam diri manusia terdapat alam semesta yang teramat luas.

Tidak hanya itu saja, kilau cahaya yang datang dan pergi silih berganti juga akan diperlihatkan Allah swt dalam pandangan mata hati mereka itu. Kilau cahaya yang datang dan pergi, selayaknya pergantian hari siang dan malam.

Sesungguhnya semua itu akan diperlihatkan Allah swt secara nyata dan gamblang kepada hambaNya yang masih memiliki hati nurani yang jernih, Ulil Albab. Benar-benar nyata dan jelas. Bukan sekedar kata-kata kiasan belaka. Itulah pengalaman bathin seorang hamba yang hanya dapat dirasakan dan dibuktikan sendiri bagi mereka yang melaksanakan zikir sebagaimana para Ulil Albab itu.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab.” (QS 3:190)

Apa yang diperlihatkan Allah swt tatkala mereka berzikir dengan khusyu itu begitu berkesan dan membekas kuat dalam qalbu dan ingatan orang-orang tersebut, para Ulil Albab. Sehingga tatkala mereka berzikir siang dan malam, dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, mereka senantiasa mengingat-ingatnya. Begiutlah gambaran yang nyata dari orang-orang yang oleh Allah swt disebut sebagai Ulil Albab.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang berzikir mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS 3:191)

Sehingga dengan demikian, menjadi nyatalah bagaimana hubungan sesungguhnya dari berzikir, penciptaan langit dan bumi serta Ulil Albab. Kesemuanya itu hanya dapat dibuktikan dan dirasakan sendiri oleh orang-orang yang memiliki hati nurani yang jernih dan orang-orang yang mengerjakan ibadah berzikir dengan khusyu. Itulah hikmah dan rahasia pengetahuan yang hanya dapat diperoleh oleh orang-orang yang benar-benar melaksanakan perintah Allah swt, berzikir pada saat berdiri, duduk ataupun berbaring.

Begitulah ternyata rahasia besar yang terpendam di dalam diri para Ulil Albab. Jadi bukan sebagaimana yang saat ini banyak digambarkan oleh para ahli tafsir. Seolah-olah Ulil Albab itu adalah sekedar orang-orang berakal yang memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Tidak ada bedanya dengan seorang siswa SMA atau seorang mahasiswa belaka. Bukan, sama sekali bukan seperti itu adanya. Inilah hikmah yang hanya bisa dibuktikan oleh orang-orang yang mau menggali rahasia dibaliknya. Berzikir dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. (AK)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 20.20