Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Monday, 25 September 2017

Unifying Separate Puzzles

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini kondisi umat Islam di dunia berada dalam kotak-kotak yang terpisah antara yang satu dengan yang lainnya. Kotak-kotak tersebut dapat merupakan mazhab, aliran ataupun pemahaman, yang kemudian mengkondisikan umat Islam menjadi terkotak-kotak antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak bersatu. Misalnya saja kotak-kotak yang memisahkan antara aliran Sunni dan Syiah, telah membagi umat Islam menjadi 2 kelompok besar yang tidak bersatu dan malahan kadang-kadang saling bersengketa.

Sengketa antara Sunni dan Syiah telah berlangsung lama, mungkin semenjak zaman Khulafaur Rasyidin telah timbul bibit-bibit persengketaan tersebut dan kemudian terus menerus diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga silang sengketa antara Sunni dan Syiah seperti yang tidak pernah ada habisnya. Dimulai dari perang yang menewaskan Husain bin Ali bin Abi Thalib di daerah Karbala, Perang Iran dan Irak di tahun 1980 – 1988, konflik di Suriah dan terus sampai kepada konflik Sunni dan Syiah di daerah Sampang, Madura. Semuanya itu adalah sengketa yang diwariskan secara turun temurun.

Padahal Allah swt mewasiatkan kepada umat Islam sebagaimana yang tercatat di dalam ayat al-Quran berikut ini.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS 49:10)

Terhadap kondisi umat Islam saat ini yang terkotak-kotak dan terpecah belah, guru kita menyatakan keprihatinannya. Tidak seharusnya umat yang diharapkan menjadi contoh dan suri tauladan bagi umat manusia, justru sebaliknya malahan menunjukan perangai yang suka berpecah belah dan cenderung mengabaikan persatuan dan kerukunan.

Pada hari ini, hampir sebagian besar umat Islam di dunia lebih mengutamakan pendirian dan pemahaman terhadap ajaran Islam, dibandingkan dengan kerukunan dan kedamaian. Tidak ada persatuan dan kekompakan, dan tidak ada juga pemimpin yang menyatukan seluruh umat. Akibatnya adalah umat Islam yang terpecah belah dan terkotak-kotak. Kalau boleh berkata jujur, kita umat Islam ini kalah dibandingkan dengan sekawanan hewan, seperti bebek, ikan, burung atau gajah. Semua hewan tersebut bersatu dan menuruti satu pemimpinnya.

Mengapa demikian? Karena hewan-hewan tersebut lebih mementingkan kekompakan dan persatuan dibandingkan dengan perbedaan pendapat diantara mereka sendiri.

Lantas bagaimana cara menyatukan Umat Islam yang sudah terlanjur terkotak-kotak seperti sekarang ini? Saudara-saudaraku, guru kita mengajukan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk menyatukan umat Islam saat ini yaitu kembali kepada Allah swt. Kembali kepada Tauhid, dan meninggalkan perbedaan pemahaman tentang syariat Islam.

Apabila setiap umat Islam mampu menempatkan perbedaan pemahaman dan cara pandang terhadap syariat Islam ke dalam persoalan pribadi masing-masing, dan memilih untuk menempatkan kerukunan dan persatuan di atas segenap perbedaan tersebut, maka itulah saat dimana umat Islam sekarang ini dapat kembali dipersatukan. Menurut guru kita, hal yang dapat mempersatukan seluruh umat Islam adalah Tauhid, yaitu ikatan persaudaraan dan persatuan umat di bawah pernyataan Dua Kalimat Syahadat yang sama.

Masih menurut guru kita, bahwa Allah swt senantiasa mengawasi manusia dan tidak pernah sedikitpun lalai daripadanya. Dia, Allah swt, pasti akan memberikan petunjukNya kepada orang-orang yang beriman dan berkeyakinan teguh. Dia lah, Allah swt yang akan menunjukan kita semua jalan yang lurus dan benar. Jadi petunjuk Allah swt tersebut tidak melulu berasal dari pak Kyai atau pak Ustadz atau Syaikh semata, tapi petunjuk Allah swt bisa saja turun langsung ke dalam qalbu manusia yang dikehendakiNya.

Jadi persatuan itu bukan lah atas dasar kesamaan pemahaman tentang syariat, tentang penafsiran atau tentang pendapat suatu imam, kyai ustadz atau syaikh. Karena sampai kapan pun juga tidak akan dapat dipersatukan lagi segala perbedaan pendapat dan pemahaman tersebut. Akan tetapi, persatuan adalah berasal dari kerelaan segenap umat Islam untuk menerima bahwa perbedaan pendapat dan pemahaman syariat bukan sesuatu yang sangat esensi, bukan sesuatu yang harus dijunjung tinggi dan diperjuangkan, tetapi perbedaan pemahaman syariat adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan tidak penting untuk diperdebatkan dan dipertentangkan.

Bersatulah umat Islam di bawah panji Tauhid, di bawah panji Syahadat. Bukan di bawah panji Syariat berdasarkan suatu pemahaman tertentu atau aliran tertentu. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.34