Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Sabtu, 09 Desember 2017

Menzikirkan Syahadat

Menjadikan Syahadat sebagai zikir adalah sesuatu yang tidak umum bagi kebanyakan orang Islam saat ini, kebanyakan dari mereka hanya menzikirkan kalimat Laa ilaha illallah, bukan Syahadat. Lalu, mengapa Syahadat harus dizikirkan? Itulah pertanyaan yang banyak dilontarkan oleh orang-orang.

Bagi kita umat Islam, Syahadat adalah kunci utama dan syarat pertama agar supaya segala macam ibadah yang dilakukan dan komitmen yang diucapkan oleh seseorang diterima oleh Allah swt. Tanpa Syahadat, maka ibadah seorang muslim seperti sholat, puasa, membayar zakat atau pergi haji akan menjadi sia-sia.

Tahukah anda makna sesungguhnya dari Syahadat? Syahadat berarti pernyataan kesaksian seseorang untuk bertauhid kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya dan pernyataan kesaksian seseorang bahwa Muhammad saw adalah Rasul Allah.

Tahukah anda bahwa Pernyataan Syahadat seseorang mudah sekali gugur? Tatkala seseorang mengalami sesuatu musibah, kemudian di dalam hati orang tersebut dia menggerutu, tidak menerima takdir yang sudah digariskan oleh Allah swt, maka Syahadat orang tadi gugur. Tatkala seseorang merasa khawatir dan takut dimarahi oleh atasannya di kantor, maka Syahadat orang tadi gugur. Ketika seseorang takut apabila rahasianya terbongkar, sehingga kemudian dia berbohong, maka Syahadat orang tadi gugur. Ketika seseorang sakit lalu dokter memberikannya obat, lalu dia percaya bahwa karena obat itulah penyakitnya bisa sembuh, maka Syahadat orang tadi gugur.

Demikian mudahnya pernyataan kesaksian Syahadat seseorang itu bisa gugur, karena hal-hal yang sepele. Sehingga dengan demikian maka guru kita mengajarkan agar supaya kita senantiasa mengulang-ulang kembali pernyataan Syahadat tersebut, menjadi sebuah zikir yang diucapkan setiap saat. Sehingga apabila karena sesuatu hal Syahadat kita gugur, maka dengan mengulang-ulang membaca pernyataan Syahadat maka kita akan senantiasa menjadi orang yang ber-Syahadat, menjadi orang Islam.

Sungguh banyak orang yang tidak menyadari hal ini, sehingga akibat tidak pernah mengulang-ulang pernyataan Syahadat, maka ketika seseorang meninggal dunia dia dalam keadaan gugur Syahadatnya. Oleh sebab itulah maka kemudian Nabi Ibrahim as mewasiatkan hal ini kepada anak cucunya agar supaya jangan sampai mereka mati kecuali dalam keadaan tidak gugur Syahadatnya, dalam keadaan Islam.

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.” (QS 2:132)

Jadi, kalau demikian pada hari ini ternyata banyak sekali umat Islam yang mati dalam keadaan gugur Syahadatnya? Ya, benar. Jadi, kalau demikian pada hari ini ternyata banyak sekali umat yang mereka hidup dalam agama Islam tapi tatkala mati justru tidak dalam keadaan Islam? Ya, benar. Dari sekian banyak jenazah yang nyawanya dicabut oleh malaikat Izrail, hanya segelintir kecil saja yang tatkala mereka mati mereka mengucapkan Syahadat. Mereka yang tatkala kematian datang mampu mengucapkan kalimat Syahadat adalah mereka-mereka yang sepanjang hidupnya memang gemar dan senantiasa mengucapkan kalimat Syahadat tersebut.

Menyadari akan hal ini, maka kemudian iblis membuat suatu program utama untuk meyesatkan manusia. Mereka melakukan tipu daya dengan menghasut manusia agar memandang bahwa menzikirkan Syahadat adalah sesuatu yang asing dan tidak perlu dilakukan. Bukan merupakan sesuatu yang penting. Atau menghasut manusia agar memandang bahwa ucapan Syahadat bisa digantikan oleh kalimat Laa ilaha illallah. Padahal keduanya sama sekali berbeda.

Demikianlah tulisan ini dibuat sebagai pesan dari guru kita yang prihatin bahwa banyak dari umat Islam yang justru meninggal tidak dalam keadaan Islam. Hal ini pula lah yang menjadi keprihatinan seorang Ibrahim as sejak zaman dahulu kala. Maka, sadarilah akan hal ini. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 23.17