Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Rabu, 27 Desember 2017

Menzikirkan Asmaul Husna

Pada zaman Rasulullah saw dahulu, orang-orang kafir Quraisy mendirikan patung berhala yang melambangkan al-Lataa dan al-Uzza di sekeliling Ka’bah. Mereka menyembah sesembahan dengan nama-nama yang mereka ciptakan sendiri dan tidak ada petunjuk dari Allah swt tentang nama-nama tersebut. Sebenarnya orang-orang kafir Quraisy pada waktu itu berargumentasi, mereka menyatakan bahwa nama-nama berhala mereka seperti al-Lataa adalah diambil dari nama Allah, karena menurut penulisan aksara arab, kedua nama tersebut tersusun oleh abjad yang hampir mirip. Demikian juga antara nama berhala al-uzaa yang menurut argumentasi mereka diambil dari nama al-Aziz, salah satu dari Nama Allah swt.

Padahal nama-nama tersebut adalah karangan orang-orang kafir Quraisy itu sendiri. Tidak ada dasar dan petunjuk dari Allah swt tentang nama-nama berhala mereka itu.

إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ ۚ
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ ۖ
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَىٰ

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS 53:23)

Pada suatu hari orang kafir Quraisy mendengar seorang mukmin berdoa kepada Allah swt dengan menyebut,”Ya Rahman.... Ya Rohiim.....” Mendengar hal tersebut kemudian orang kafir Quraisy tadi berargumentasi bahwa Rasulullah saw mengajarkan Tuhan itu Esa, akan tetapi ketika berdoa mereka menyeru ke banyak Tuhan. Atas kejadian ini, maka kemudian Allah swt menurunkan ayat al-Quran surat al-a’raf ayat 180 berikut ini.

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS 7:180)

Jadi Allah Yang Maha Esa itu memang memiliki banyak sekali Nama-Nama Yang Paling Baik, yang pada hari ini kita sebut dengan Asmaul Husna. Namun, meskipun memiliki Nama-Nama yang jumlahnya banyak, esensi dari Allah swt itu adalah Esa.

Jumlah Nama-Nama Yang Paling Baik itu banyak sekali, yang dipergunakan untuk mengenali dan memanggil sifat-sifat Allah yang jumlahnya banyak sekali. Seperti misalnya, kita menyaksikan betapa tinggi kemuliaan seorang Muhammad saw. Apabila kita mencermati lebih dalam lagi, maka ternyata kemuliaan itu bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan berasal dari sifat Allah swt yang ada di dalam diri beliau yang bernama al-Aziz dan senantiasa mewujud dalam kepribadian beliau. Sehingga dengan demikian, maka yang berhak menyandang nama kemuliaan dari pribadi Muhammad saw itu adalah al-Aziz. Dialah al-Aziz Yang Maha Mulia itu, yang berada dibalik kemuliaan pribadi dan akhlak seorang Muhammad saw.

Dibalik setiap nama-nama yang paling baik yang ada di dunia ini, pastilah ternyata ada sesosok Nama dibaliknya, itulah Asmaul Husna. Itulah Nama Allah swt.

Dalam surat al-a’raf ayat 180 tersebut tadi, Allah swt memperbolehkan kita untuk menyeru dan berdoa dengan mempergunakan Nama-Nama Asmaul Husna milikNya. Sehingga menjadi selaras antara isi kandungan doa dengan Nama yang dijadikan tempatnya meminta.

Akan tetapi pada hari ini, banyak sekali orang-orang Islam yang keliru. Mereka juga mempergunakan Asmaul Husna untuk berzikir. Hal ini adalah salah dan keliru, karena ternyata orang-orang yang mempergunakan Asmaul Husna untuk berzikir itu belum merupakan orang-orang yang suci, yang sudah diampuni dosa-dosanya. Sehingga zikirnya itu menjadi sia-sia. Karena Nama-Nama seperti Ar-Rahman, Ar-Rohiim atau Al-Aziz tidak dapat bersanding di dalam diri yang tidak suci.

Karena menzikirkan Asmaul Husna itu adalah dalam rangka bertasbih mensucikan Allah, dilakukan oleh mahluk-mahluk Allah yang sudah suci di langit dan di bumi. Sekali lagi dalam rangka bertasbih, mensucikan Allah, dan dilakukan oleh mahluk yang suci dan tidak memiliki dosa, seperti misalnya malaikat, planet, gunung, tumbuhan, hewan, dsb.

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS 59:24)

Adapun bagi manusia yang banyak memiliki dosa, maka yang terbaik adalah menzikirkan Istighfar. Meminta ampunan Allah swt bagi dosa-dosanya.

Demikianlah tulisan ini dibuat, mudah-mudahan kita semua dikaruniai Allah swt pemahaman dan pengertian dalam menempatkan Perintah dan Anjuran Allah secara tepat pada tempatnya yang sesuai. Tidak melebih-lebihkannya sehingga kita tidak menyadari kedudukan dan keadaan diri pribadi kita, juga tidak menguranginya sehingga berakibat kita menjadi orang yang lalai. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 18.16