Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Minggu, 31 Desember 2017

Seruan Kembali Bertauhid Kepada Allah

Sesungguhnya sejarah selalu berulang-ulang, karena sejatinya tidak ada yang baru di dunia ini. Hanya bentuknya saja yang berubah, sedangkan esensinya adalah sama. Begitu juga dengan sejarah permusuhan antara manusia anak cucu Adam as dengan iblis, selalu berulang-ulang, hanya bentuknya saja yang berubah.

Semenjak iblis bersumpah kepada Allah swt, ingin menyesatkan anak cucu Adam as dari jalan yang lurus, maka strategi yang dipergunakan oleh iblis selalu berulang-ulang, sama di sepanjang sejarah manusia, hanya bentuknya saja yang berubah.

Apabila manusia telah memperoleh bimbingan dari seorang Rasul Allah swt, sebagaimana dahulu orang-orang Yahudi mengikuti petunjuk Allah swt melalaui Rasul-Nya Musa as, maka sepeninggal beliau ada saja pemuka agama Yahudi yang kemudian memutarbalikan perkataan Rasul mereka demi untuk menyesatkan kembali manusia. Hal ini terbukti, tatkala Nabi Musa as pergi ke gunung Sinai untuk menemui Allah demi menerima PetunjukNya untuk membimbing manusia agar mengikuti jalan yang lurus. Hanya beberapa hari saja ditinggal, kemudian muncul pemuka-pemuka agama dari kaum Yahudi yang kemudian memutarbalikan perkataan Nabi Musa as demi untuk menyesatkan kaumnya. Sehingga pada akhirnya orang-orang Yahudi kembali menjadi kafir, mereka menyembah patung anak sapi yang seperti hidup dan bisa mengeluarkan suara.

Demikian juga ketika Nabi Musa as dan Nabi Harun as telah wafat, ajaran dan petunjuk Allah swt yang tercatat dalam kitab suci Taurat diselewengkan oleh para alim ulama mereka sendiri. Sehingga kemudian orang-orang Yahudi kembali tersesat dari jalan yang lurus. Itulah rupanya strategi iblis yang dipergunakan untuk menyesatkan manusia.

اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS 9:31)

Pada hari ini Rasul Allah terakhir telah wafat lebih dari 14 abad yang lalu, maka apakah menurut anda iblis tidak menjalankan strategi yang sama kepada umat Islam? Coba anda perhatikan baik-baik fenomena yang ada pada umat Islam hari ini, tidakkah anda menyadarinya?

Tidak ada jaminan bahwa seorang ulama, seorang ustadz atau pun pemuka agama Islam yang bebas dari hasutan dan bisikan iblis. Sehingga boleh jadi apa yang hari ini terjadi adalah pengulangan sejarah masa lalu, dimana umat mempertuhankan para ulama Yahudi dan orang-orang Nasrani telah disesatkan oleh para rahib-rahib mereka untuk mempertuhankan Al-Masih putera Maryam.

Pada hari ini hampir seluruh umat Islam tunduk patuh pada aturan dan dalil agama yang ditafsirkan dan dipahami oleh para ulama. Umat diperintahkan untuk memuliakan dan menjunjung tinggi kehormatan ulama. Ulama tidak boleh dilecehkan dan tidak boleh dihina, apalagi didakwa karena pelanggaran hukum. Ulama harus berada di atas hukum. Dan ternyata kondisi yang demikian itu dipatuhi dan dibela oleh banyak sekali umat Islam. Bukankah itu namanya mempertuhankan ulama?

Hukum syariat sebagai hasil dari rumusan pemikiran para ulama dan ustadz diperjuangkan agar bisa tegak dan menjadi hukum negara. Umat Islam dituntut untuk memperjuangkan hal ini, dengan berbagai cara, bahkan kalau perlu dengan cara-cara yang ekstrem. Padahal semua dalil yang dijadikan rumusan hukum syariat tersebut adalah hasil dari pemahaman dan penafsiran para ulama dan ustadz tadi. Jadi umat Islam digiring untuk tunduk patuh pada kesimpulan ulama, bukan pada Petunjuk dan Bimbingan Allah. Bukankah hal ini namanya mempertuhankan ulama?

Banyak yang tidak mengerti bahwa banyak sekali penafsiran dan pemahaman terhadap dalil al-Quran dan Sunnah pada hari ini yang justru jauh berbeda dengan Petunjuk dan Bimbingan Allah swt.

Melihat fenomena seperti ini, dimana umat sudah secara berlebihan mengkultuskan ulama, guru kita menyerukan kepada para ulama untuk kembali memperTuhankan Allah swt. Umat diajak untuk kembali memohon dan selanjutnya berpedoman pada Petunjuk dan Bimbingan Allah swt, bukan pada petunjuk dan bimbingan ustadz atau ulama.

Pada hari ini, apakah mungkin Allah swt memberikan Petunjuk-Nya kepada manusia? Jawabannya adalah Ya. Dia yang Maha Kuasa, tidak ada satu pun musibah kecuali atas izin-Nya. Dia pula yang akan memberikan Petunjuk kepada manusia melalui hatinya, asalkan dia beriman.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS 64:11)

Sehingga dengan Petunjuk dan Bimbingan Allah swt itu, maka manusia tidak akan tersesat selama-lamanya. Inilah jalan yang lurus itu, mengajak manusia untuk kembali memperTuhankan Allah swt. Memohon PetunjukNya agar manusia tidak tersesat.

Apabila anda membuka kitab suci al-Quran, maka ada lebih dari 6 ribu ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Mulai dari ayat yang memerintahkan manusia untuk berlaku lemah lembut sampai ayat yang memerintahkan untuk berperang dan membunuh manusia. Apabila anda berusaha menafsirkan dan memahaminya sendiri, belum tentu hal tersebut akan bisa menyelamatkan anda dari ketersesatan. Demikian juga apabila anda menutup mata, menyerahkan sepenuhnya kepada pendapat para ustadz dan ulama, hal itu pun belum tentu dapat menyelamatkan anda. Banyak sekali kasus dimana seorang ustadz atau ulama justru menyesatkan para pengikutnya.

Yang benar adalah memantapkan kembali keyakinan dan iman anda kepada Allah swt. Bermunajat dan memohon kepada Allah agar Dia memberi PetunjukNya melalui hati anda. Itulah jalan yang lurus dan paling benar untuk dilakukan.

Kemudian, guru kita berpesan kepada para ustadz dan para ulama. Kalau anda, para ustadz dan ulama hanya mengerti dan memahami dalil, jangan gegabah kemudian merasa yang paling benar. Kalau hanya mengerti dalil semata, tidak mengerti caranya atau ilmunya mendapat Petunjuk dan Bimbingan dari Allah swt, maka berhentilah berteriak lantang, menghakimi orang lain dan menghasut perpecahan. Belajarlah kembali, karena sesungguhnya ilmu anda itu belum seberapa.

Boleh jadi apa yang anda sangka benar, justru itu sebenarnya adalah jalan yang sesat. Tidakkah anda mengerti apa yang tertulis di dalam al-Quran? Hanya orang-orang yang Allah berikan petunjuk itulah mereka yang akan terhindar dari jalan yang sesat. Tidakkah anda mengerti itu? (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 14.41