Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Tuesday, 02 January 2018

Habeeb Syekh ibn Akhmad Bafaqih

Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih lahir di kota Syihr pada tahun 1212H (tahun 1797M), Hadramaut, Yaman. Syihr adalah salah satu dari dua kota pelabuhan di Hadramaut (Syihr dan Mukalla adalah dua pelabuhan utama Hadramaut kala itu). Kedua pelabuhan itu ramai dikunjungi para pendatang dan saudagar yang berniaga. Ada dua kota terkemuka di wilayah Hadramaut, yakni Tarim dan Syibam. Selain itu, ada pula Kota Borum, al-gail, al-hami, ad-Dis, asy-Syirmah, Qasai’ar, al-Girfah, Saywun, Taribah, Inat, al-Qasm, dan as-Sowairi.

Silsilah keluarga dari ayah beliau, Ahmad Bafaqih adalah masih dari keturunan Nabi saw, yaitu Ahmad Bafaqih bin Al-Arif Billah Al-Qutub Abdullah Bafagih bin Muhammad Maula Al-Aidid bin Ali Al-Huthah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdul Rahman bin Alwi Amma Faqih bin Muhammad Sohibul Mirbath bin Ali Kholi' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi (Ba'alawi) bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-rumi bin Muhammad An-Nagib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja'far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayidina Husein As-Tsibti bin Ali bin Abi Thalib + Fatimah Az-Zahrah binti Muhammad saw.

Dari keluarga Ahmad Bafaqih tersebut lahirlah Syekh Habib dan adiknya Sayid Muhammad Bafaqih. Ayah beliau pada saat itu merupakan seorang ulama yang cukup terkenal di Hadramaut. Pada mulanya Syekh Habib belajar ilmu agama dari ayah beliau di kota Syihr, Hadramaut. Kemudian setelah itu ia juga mengembangkan diri dengan belajar pada beberapa ulama-ulama yang ada di kotanya, Syihr. Pada fase ini, jiwa ilmuannya sedang mekar-mekarnya. Semakin lama hatinya semakin merasakan kehausan tak terkira untuk meneguk pengetahuan sehingga beliau dengan seizin ayahnya memutuskan berangkat ke kota Haramain (Mekkah dan Madinah) untuk menyelami telaga pengetahuan disana.

Selama di Mekah dan Madinah, beliau belajar kepada beberapa ulama besar, diantaranya adalah Syaikh Umar bin Abdul Karim bin Abdul Rasul At-‘Attar, Syaikh Muhammad Sholeh Ar-Rais Al-Zamzami, dan Al-Allamah Sayid Ahmad bin Alawi Jamalullail. Tak hanya sampai di situ. Ia pun menyempatkan diri tinggal di Mesir beberapa lama, untuk menimba pengetahuan dari guru-guru besar Universitas al-Azhar kala itu.

Habib Syekh kemudian menjadi pribadi yang tinggi ilmu agamanya, baik dalam bidang hukum Syariat, Fiqh, Lughah dan Tauhid. Pada tahun 1250H (1834M) ia memutuskan untuk berkelana ke penjuru dunia sambil menyebarkan ajaran Islam, hingga akhirnya sampailah ia ke Nusantara. Beliau sempat berlabuh dan tinggal di beberapa kota di Nusantara sebelum akhirnya beliau memutuskan untuk menetap di Surabaya.

Sebelum sampai di Surabaya, beliau sempat singgah terlebih dahulu di kota Sumenep, Madura. Pada saat itu raja yang berkuasa di kerajaan Sumenep adalah Tjokronegoro. Raja tersebut kemudian belajar ilmu agama kepada Al-Habib Syekh, kemudian raja tersebut berujar kepada Al-Habib Ya Habib, Kerajaan saya yang di Surabaya dikuasai oleh Belanda, bagaimana saya bisa merebutnya, Alhamdulillah atas izin Allah kerajaan tersebut dapat direbut oleh Al-Habib Syekh, kemudian oleh raja Sumenep tersebut Al-Habib Syech diberi tempat di daerah Botoputih, Surabaya.

Di tempat itulah kemudian Habib Syekh mulai mengajarkan ajaran Islam dan mendakwahkan ajaran tersebut ke penduduk Jawa. Dakwah Habib Syekh ditanah jawa amatlah sukses. Ia berhasil mengislamkan banyak orang. Selain itu, ia juga berhasil mencetak beberapa ulama. Walhasil, ilmunya benar-benar menyinari belantara jawa yang masih awam kala itu.

Akhirnya beliau wafat pada tahun 1289 H di Surabaya. Diatas pusarannya dibangun kubah yang megah, sebagai perlambang kemegahan derajatnya. Sampai kini makamnya tak henti-hentinya diziarahi kaum muslimin untuk mendoakan beliau dan mengenang jasa-jasa beliau.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS 3:169)

Selama hidup, beliau meninggalkan anak perempuan yang kemudian menikah dengan Habib Alwi bin Husein bin Shodiq Al-Habsyi kemudian memiliki anak Habib Muhammad, dan Habib Muhammad miliki anak Habib Ali dan Habib Ali memiliki anak Habib Sodiq Al-Habsyi, Habib Muhammad Al-Habsyi Ketapang Probolinggo dan Habib Umar Al-Habsyi Botoputih Surabaya. Habib Sodiq al-Habsy kemudian memiliki anak Habib Jamal bin Sodiq Al Habsyi, dialah yang saat ini menjadi penjaga dan pengelola makam Habib Syekh di Botoputih, Surabaya. (dari berbagai sumber)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 11.48