Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Minggu, 28 Januari 2018

Jangan Menyembah Ulama

Dahulu kala orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadi kafir disebabkan karena mereka menyembah rahib-rahib dan pendeta mereka. Mereka menuruti dan mematuhi apa saja yang dikatakan oleh para rahib-rahib dan pendeta mereka, meskipun hal itu bukan merupakan ajaran yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul mereka, bahkan malahan bertentangan dengan ajaran aslinya.

Pada hari ini, kita umat Islam jangan sampai melakukan hal yang sama sedemikian rupa sehingga kita akan terjerumus pada kesalahan yang sama yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani itu. Kita tidak boleh menyembah ulama, yaitu dengan mematuhi dan mengkultuskannya tanpa memeriksa dulu apakah yang diajarkannya itu adalah sebuah kebenaran atau bukan.

Beberapa waktu yang lalu, dalam suatu pengajian guru kita pernah mengajak murid-muridnya untuk memeriksa apa yang diajarkan oleh salah seorang yang mengaku sebagai ulama terkenal di negeri ini. Ulama tersebut mengajarkan ajaran untuk mengkultuskan dirinya, dan meminta pengikutnya untuk membela dirinya mati-matian. Sehingga pada hari ini, berjuta-juta pengikutnya bersedia untuk membela dan mempertaruhkan nyawa mereka demi untuk membela ulama tersebut.

Menurut guru kita fenomena seperti ini adalah akibat langsung dari doktrin dan ajaran yang banyak diajarkan saat ini, yaitu mengajak umat Islam untuk beriman kepada ajaran agama. Padahal seharusnya iman itu hanyalah kepada Allah swt.

Apakah ajaran agama itu berasal dari Allah dan RasulNya? Bukan ajaran agama adalah merupakan hasil pemikiran dan pemahaman dari para ulama terhadap agama yang diajarkan oleh Allah swt melalui RasulNya.

Apakah ajaran agama yang diajarkan oleh beberapa ulama saat ini sama dengan agama yang diajarkan oleh Allah swt melalui RasulNya? Ajaran tersebut ada yang sama, ada juga yang tidak sesuai dan bahkan ada juga yang bertentangan. Misalnya saja ajaran ekstrem yang diajarkan oleh beberapa ulama untuk bersikap keras dan memusuhi orang-orang non-Islam, hal ini bertentangan dengan ajaran Allah melalui RasulNya untuk mengasihi dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Guru kita melarang pengkultusan seseorang, demikian juga Rasulullah saw dahulu tidak menghendaki untuk dikultuskan. Ketika beliau dihina dan dicacimaki, beliau memaafkan penduduk Thaif dan bahkan mendoakan mereka. Ketika beliau hendak dibunuh oleh seorang musyrikin dan ternyata gagal, beliau memaafkan orang tersebut dan melepaskannya.

Pengajian-pengajian yang diadakan di masjid-masjid pada hari ini, banyak dari mereka yang mengkultuskan individu seorang ulama. Padahal pada zaman dahulu Allah swt berpesan kepada bangsa jin agar supaya di masjid-masjid Allah kita tidak boleh menyembah seseorang pun kecuali menyembah Allah.

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS 72:18)

Mengapa Allah swt berpesan demikian? Karena rupanya ada beberapa gelintir dari bangsa jin ini yang gemar sekali untuk dikultuskan dan ditaati oleh manusia. Sehingga mereka itu masuk kedalam jiwa dan pemikiran manusia untuk mempengaruhinya sehingga manusia tersebut mau menuruti apa yang dikehendaki dan diinginkan oleh bangsa jin tersebut.

Diantara kasus tersebut, tidak terkecuali ada yang menimpa seorang ulama atau ustadz. Maka jangan heran apabila ada ulama yang melakukan perbuatan keji seperti menggauli wanita yang bukan istrinya, bahkan ada yang dilakukannya di suatu mushola.

Jadi, kalau demikian kita harus menempatkan kembali agama pada tempat yang benar dan semestinya. Tidak beriman kepada ajaran agama, tetapi berimanlah kepada Allah swt. Karena ternyata ajaran agama yang disampaikan itu belum tentu sama dan sejalan dengan agama yang diajarkan Allah swt melalui RasulNya.

Jangan menyembah dan mengkultuskan ulama, sembahlah Allah swt. Dia lah yang menurunkan PetunjukNya kepada orang-orang yang beriman melalui qalbu mereka. Jangan mengulangi kesalahan yang sama yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelumnya. (AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 14.24