Opini Aktual

Senin, 11 Februari 2019

Antara Membaca Dan Melaksanakan

Pada hari ini, kegiatan membaca al-Quran semakin digalakan dan digalang oleh beberapa kelompok masyarakat muslim sebagai suatu kegiatan yang harus dilaksanakan setiap hari. Terlebih lagi pada saat-saat bulan Ramadhan, maka banyak umat Islam yang menetapkan target untuk khatam membaca seluruh isi al-Quran di bulan itu.

Padahal membaca al-Quran itu sendiri bukanlah bagian dari Rukun Islam maupun Rukun Iman yang dikenal oleh umat Islam. Bukan pula sesuatu yang wajib hukumnya. Akan tetapi banyak orang yang kemudian mereka merasa dan menganggapnya bahwa kegiatan membaca al-Quran adalah bagian dari sesuatu yang wajib hukumnya setelah ibadah sholat dan puasa.

Dalam hal ini, guru kita justru mengajarkan kepada murid-muridnya untuk lebih menekankan pada aspek melaksanakan apa yang ada di dalam kandungan isi al-Quran dibandingkan dengan hanya sekedar membacanya semata. Melaksanakan jauh lebih penting dan lebih utama dibandingkan dengan hanya membacanya saja.

Sebagai contoh terhadap kasus yang demikian ini adalah perintah Allah swt di dalam al-Quran sebagaimana yang terkandung di dalam ayat berikut ini:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS 3:26)

Dalam menyikapi ayat seperti di atas ini, kebanyakan dari umat Islam ialah membacanya bulat-bulat semuanya. Termasuk juga dengan kata di awal ayat tersebut: “Qul - Katakanlah”. Padahal kita semua tahu dan mengerti bahwa kata tersebut adalah sebuah perintah Allah swt kepada manusia. Nah, karena kita manusia dan bukan burung beo, maka seharusnya dalam hal menyikapi ayat tersebut di atas adalah kita menindaklanjutinya dengan berdoa, yang isi doanya adalah:

اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ
تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Begitulah seharusnya bentuk tindak lanjut dari sikap kita terhadap ayat tersebut di atas. Jadi tidak perlu lagi kita mengulangi kata “Qul - Katakanlah” di awal ayatnya. Karena itu adalah perintah, dan perintah itu seharusnya dilaksanakan, bukan sekedar diulangi perkataan perintahnya.

Selain itu, sebenarnya banyak sekali ayat-ayat lainya di dalam al-Quran yang diawali dengan “Qul – Katakanlah”. Akan tetapi kebanyakan diantara kita menanggapinya dengan mengulangi kata “Qul – Katakanlah” tersebut, karena memang orientasi kebanyakan dari kita hanyalah membaca al-Quran semata. Tidak banyak yang memiliki orientasi untuk melaksanakannya.

Sehingga dengan demikian, tatkala ada orang yang berdoa dengan mempergunakan ayat tersebut tanpa ada kata “Qul – Katakanlah” akan menjadi sesuatu yang aneh dan tidak lazim. Menjadi agak sedikit asing. Padahal, begitulah yang seharusnya dan yang sebenarnya harus dilakukan. Mengerjakan perintah itu tidak dengan mengulangi kalimat perintahnya.

Mudah-mudahan tulisan ini dapat meluruskan orientasi kita terhadap isi kandungan al-Quran. Jauh lebih penting adalah melaksanakan isi perintah Allah swt dalam al-Quran dibandingkan dengan hanya membacanya semata. (AK/ST)


Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN at 20.29