Opini Aktual

Selasa, 26 Februari 2019

Dibutuhkan Ulama Sejati

Berawal dari ceramah yang dilontarkan anggota Komisi Hukum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Anton Tabah dan Ustadz Munzir Situmorang dalam berbagai ceramahnya mengatakan bahwa 2 juta muslim murtad tiap tahunnya. Pada era tahun 1980-an, prosentase jumlah umat Islam di Indonesia saat itu adalah lebih dari 90%, yang kemudian di tahun 2000 prosentasenya menurun menjadi hanya 88,2% dan di tahun 2010 turun lagi menjadi 85,1%.

Meskipun banyak pihak meragukan angka pertumbuhan umat Islam yang murtad, akan tetapi tidak bisa kita pungkiri bahwa kasus pemurtadan umat Islam terjadi secara masif. Misalnya saja di Jawa Barat ada yang memperkirakan angka kasus umat Islam yang murtad adalah sekitar 3,5 juta dalam 4 tahun. Angka ini akan jauh lebih besar untuk beberapa provinsi lainnya, seperti misalnya di Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah dan NTT.

Dalam salah satu pengajian, guru kita menguraikan hal ini kepada murid-muridnya. Bahwa angka kasus umat Islam yang murtad keluar dari agama Islam di daerah-daerah, adalah tidak lepas dari akibat ulah dan perilaku para ulama-ulamanya.

Seperti yang kita maklumi pada hari ini, banyak sekali ulama-ulama yang merupakan produk dari budaya populer, sehingga kita mendapati kebanyakan dari ulama-ulama yang ada dan kondang adalah merupakan ulama populer. Bukan ulama sejati.

Ulama sejati, ialah ulama-ulama yang sebagaimana pada zaman dahulu banyak kita dapati, yaitu mereka yang rela meninggalkan kemegahan, kemashyuran, ketenaran dan berbagai kemewahan duniawi. Mereka mendedikasikan pengabdiannya semata-mata hanya untuk kepentingan Allah swt, bukan untuk kepentingan pribadi, apalagi politik. Mereka rela masuk ke pelosok-pelosok daerah yang sepi dan jauh dari kemeriahan dan kemegahan duniawi, demi untuk menunaikan kewajiban yang diperintahkan Allah swt untuk menyeru manusia, memberi pelajaran dengan hikmah dan kesabaran.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS 16:125)

Namun sayang, pada hari ini sudah sulit sekali kita dapati ulama sejati seperti dahulu. Yang ada dan banyak kita temukan adalah ulama-ulama populer, yang mengejar ketenaran dan hanya berceramah di kota-kota besar saja. Tidak ada yang mau mendatangi pelosok-pelosok daerah yang terpencil.

Akibatnya adalah angka umat Islam yang murtad semakin banyak, mereka kebanyakan berada di daerah-daerah yang terpelosok. Dimana keadaan serba susah, fasilitas hampir tidak ada, ditambah lagi tidak ada ulama yang membimbing dan menjadi panutan bagi mereka. Dengan kondisi seperti ini, maka adalah sangat logis apabila kemudian datang alim ulama dari agama lain yang bisa dijadikan panutan maka kemudian mereka berubah haluan meninggalkan agama Islam.

Ulama yang diharapkan menjadi pewaris Nabi pada hari ini hampir tidak ada yang menunaikan kewajibannya. Kebanyakan ulama adalah penceramah, padahal Nabi saw dan para Rasul-Rasul Allah swt sebelumnya bukanlah penceramah.

Pada hari ini, dibutuhkan sekali ulama sejati yang dengan ikhlas mereka mau mendedikasikan pengabdiannya pergi dan tinggal di pelosok-pelosok daerah yang terpencil, demi untuk membimbing dan memberikan pelajaran kepada umat. Memberikan contoh dan hikmah kepada mereka yang benar-benar memerlukannya. Memberikan air minum kepada mereka yang dahaga, memberi makan kepada mereka yang kelaparan, bukan kepada mereka-mereka yang sebenarnya sudah kenyang dan tinggal di perkotaan. (AK/ST)


Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN at 23.56