Minggu, 29 September 2024
Martabat Penciptaan 7 Alam Semesta
Di dalam kehidupan ini, sering kali sesuatu yang luhur sebenarnya berasal dari pengetahuan yang sederhana yang kita semua sudah memahaminya. Justru rahasia suatu hikmah yang tinggi bisa berasal dari ilmu pemahaman yang sederhana, dan kebanyakan orang sudah mengetahuinya. Jika Anda dapat memetik hikmah yang dikandung dalam suatu tulisan yang sederhana, maka hakikatnya itu merupakan suatu rezeki dan pemberian dari Yang Maha Mengetahui kepada diri Anda.
Marilah kita mulai pembahasan dalam tulisan ini dengan cara bagaimana kita dapat lebih mengenal Tuhan kita, siapa pun Dia dan di mana pun Dia kita harus mengenal-Nya, karena pada hakikatnya Dia adalah yang terdekat dengan diri kita. Tanpa mengenal-Nya dengan benar, maka niscaya kita akan selalu merasa berdiri sendirian dan sering kali salah sangka dan salah pemahaman tentang Dia.
Dia adalah misteri terbesar di alam semesta ini.
Salah satu dari banyak kekeliruan dan kesalahpahaman yang dialami oleh kebanyakan umat Islam adalah konsep tentang ‘Manunggaling Kawula dan Gusti’, atau bersatunya hamba dan Tuhan. Ini merupakan salah satu pemahaman yang keliru yang bersumber dari ketidaktahuan dan ketidakpahaman tentang mengenal Tuhan.
Sebenarnya antara Tuhan dan hamba itu sendiri terdapat 7 tingkatan martabat yang memisahkan keduanya, sehingga mustahil terjadi penyatuan antara keduanya tadi. Kawula tidak mungkin dapat manunggal dengan Gusti.
Para pembaca yang budiman, marilah kita mulai pengkajian tulisan ini dengan sejarah yang paling awal sekali, yaitu dari penciptaan alam semesta beserta seluruh makhluk-Nya. Marilah sejenak kita kembali ke masa lampau, yaitu sebelum 13,8 milyar tahun yang lalu, sebelum terjadi peristiwa Bing Bang.
Alam Ahadiyat
Pada mulanya, saat itu belum ada ciptaan apa-apa, belum ada alam semesta, belum ada makhluk yang tercipta, belum ada waktu dan juga belum ada ruang. Lalu apa yang ada saat itu? Yang ada adalah Aku.
Pada saat itu, Aku belum mempunyai Nama dan Sifat atau Karakter-Nya. Karena memang belum ada yang bisa dijadikan pembandingnya atau referensinya. Aku belum bisa dikatakan sebagai Besar karena belum ada yang kecil.
Di saat itu, Aku belum menjadi Tuhan, karena belum ada makhluk. Belum ada Raja karena belum ada kerajaan dan rakyatnya. Belum ada Yang Maha Kuasa karena memang belum ada yang dikuasai. Belum ada Yang Maha Pencipta karena belum ada yang diciptakan. Belum ada Yang Maha Besar karena belum ada yang kecil. Jadi pada saat itu belum ada apa-apa, yang ada hanyalah Aku, yaitu keberadaan Aku yang mutlak. Tidak ada apa-apa selain Aku.
Di masa ini, ketika waktu dan masa yang sebenarnya juga belum ada, yang ada hanyalah Aku. Sehingga dengan demikian Aku tidak tergantung dengan ruang dan waktu, Aku berada di luar ruang dan waktu. Artinya adalah bahwa sang Aku ini tidak berada di salah satu ruang di mana pun itu, dan juga tidak berada di salah satu waktu tertentu. Aku ini tidak berada di zaman dahulu kala, tidak juga sekarang, tidak juga yang akan datang. Aku berada di luar ruang dan waktu.
Oleh karena sedemikian misteriusnya keberadaan Aku tersebut, maka tidak ada satu makhluk pun di alam semesta ini, dahulu, sekarang maupun yang akan datang yang dapat mengetahui Aku dan mengenal Aku. Ketika hanya ada Aku, maka kita tidak pernah tahu apa yang dilakukan, apa yang direncanakan, seperti apa sifat-Nya, kita tidak akan pernah tahu.
Apa implikasi dari pemahaman tersebut di atas? Artinya adalah apabila ada seseorang yang mengaku pernah bertemu dengan Aku, maka sudah pasti orang tersebut bohong. Karena di hadapan Aku, tidak akan ada orang kedua, tidak ada orang ketiga, dan tidak ada makhluk apa pun juga. Apabila ada Gusti, maka tidak ada kawula, demikian juga ketika ada kawula, maka tidak mungkin ada Gusti.
Semua makhluk yang ingin bertemu dengan Tuhannya, maka dia harus hancur lebur kembali kepada Tuhannya secara sempurna tanpa bekas. Karena Tuhan berada pada martabat tertinggi, martabat luhur dan sempurna. Tidak ada satu pun makhluk yang bisa menjadi orang kedua, berdiri di hadapan Tuhan.
Nah, oleh kalangan pengikut tarekat dan para sufi yang meneliti perjalanan penciptaan alam semesta, alam yang ada pada saat itu disebut sebagai alam Ahadiyat.
Di saat ini, para ahli matematika dan sains mendefinisikan keberadaan alam Ahadiyat ini sebagai riak kuantum, yang menandakan bahwa ada suatu keberadaan mutlak, tanpa nama dan tanpa karakter apa-apa.
Alam Wahdat
Nah, entah karena apa, Aku yang mutlak tersebut tiba-tiba saja memiliki kehendak, yaitu kehendak untuk dikenal. Untuk dikenal sebagai Yang Maha Pencipta, untuk dikenal sebagai Yang Maha Besar, untuk dikenal sebagai Yang Maha Suci, untuk dikenal sebagai Yang Maha Pengasih, dan seterusnya. Lalu dari kehendak itulah, maka sang Aku kemudian menciptakan alam semesta ini beserta seluruh makhluknya.
Bagaimana cara Tuhan mencitakan alam semesta? Tuhan tidak menciptakan alam semesta terjadi begitu saja. Diperlukan waktu evolusi selama milyaran tahun lamanya untuk menjadikan alam semesta seperti sekarang ini. Ada tahapan dan proses penciptaannya.
Tuhan yang Maha Esa menciptakan alam semesta ini berasal dari satu titik tunggal, titik singular yang sangat kecil dan belum berbentuk apa-apa. Kemudian dari titik tunggal dan kecil tersebut dimulailah proses penciptaan alam semesta. Lama waktunya adalah sekitar 10-43 detik, yaitu sepanjang konstanta waktu Plank, adalah durasi waktu dimana tidak dapat diukur perubahan energi maupun wujudnya.
Pada saat itu, proses penciptaan sudah dimulai, akan tetapi seperti apa ciptaan-Nya, seperti apa karakter dan wujud ciptaan-Nya belum bisa diketahui. Apakah berbentuk energi, apakah berbentuk materi, dan bahkan apakah memiliki bentuk, kita tidak dapat mengetahuinya. Energi bisa membentuk materi, dan sebaliknya materi pun bisa menimbulkan energi, begitu seterusnya tidak dapat diketahui. Semuanya seragam, serba sama dan serba belum bisa diketahui.
Jelas pada saat ini sudah ada Pencipta dan sudah ada yang diciptakan, akan tetapi seperti apa ciptaan-Nya itu belum dapat diketahui dan belum dapat dikenal. Oleh karena kita belum bisa mengetahui ciptaan-Nya itu, maka apa lagi sang Penciptanya itu sendiri.
Nah, oleh kalangan pengikut tarekat dan para sufi yang meneliti perjalanan penciptaan alam semesta, alam yang ada pada saat itu disebut sebagai alam Wahdat. Jadi ada satu alam yang tercipta dan berasal dari satu Pencipta dan dimulai dari satu titik tunggal.
Di saat ini, para ahli matematika dan sains mendefinisikan keberadaan alam Wahdat ini sebagai awal mula proses penciptaan alam semesta, atau dikenal dengan istilah ‘Big Bang’. Ledakan besarnya sendiri belum terjadi. Inilah alam yang terjadi pada 10-43 detik pertama.
Alam Wahidiyat
Proses selanjutnya dalam penciptaan adalah Tuhan menciptakan sifat, karakter dan nama bagi diri-Nya sendiri, yang kemudian sifat-Nya dan nama-Nya tersebut terefleksikan pada ciptaan-Nya. Seperti misalnya Tuhan menentukan Diri-Nya sebagai Yang Maha Menakdirkan, maka Dia menakdirkan ciptaan-Nya. Hasil dari takdir Tuhan tersebut, terbentuklah ketentuan-Nya, yang dalam bahasa sains disebut dengan hukum fisika.
Tuhan Yang Maha Pencipta selanjutnya menciptakan titik kecil tadi menjadi memiliki karakter. Yaitu dengan cara memisahkan simetri ketiadaan menjadi ada. Pertama kali yang diciptakan adalah gravitasi, yaitu suatu gaya atau energi yang menandakan bahwa ciptaan-Nya itu ada. Setelah itu kemudian Tuhan Yang Maha Kuat memecah dari kondisi simetri ketiadaan menjadi energi nuklir kuat dan Tuhan Yang Maha Halus menciptakan energi nuklir lemah. Dan akhirnya Tuhan Yang Maha Luas menciptakan energi elektromagnetik. Itulah keempat energi dasar bagi terbentuknya alam semesta ini.
Jadi alam semesta ini tercipta dari manifestasi sifat dan nama dari sang Pencipta itu sendiri, yaitu Tuhan.
Kemudian pada 10-33 detik setelah proses penciptaan dimulai, bermula dari satu titik tunggal yang kecil, alam semesta mengembang dengan super cepat, terjadilah Bing Bang. Jadi yang semula berasal dari kira-kira sebesar molekul kemudian meledak menjadi sesuatu yang berdiameter 84 triliun km dalam sekejap mata. Dan terus menerus mengembang ke segala arah dengan sama rata, karena memang Tuhan Maha Adil.
Pada saat itu, alam semesta belum berwujud materi. Alam semesta masih berupa plasma energi yang panas. Belum ada atom, belum ada molekul ataupun benda apa pun.
Nah, kemudian pada 10-12 detik setelah proses penciptaan, energi tadi mulai mewujud membentuk materi. Materi yang pertama kali tercipta adalah partikel quark dan anti-quark. Keseluruhan materi alam semesta di kemudian hari akan tersusun dari partikel quark dan anti-quark ini. Partikel ini terbentuk dari keempat energi awal tadi, yaitu energi gravitasi, nuklir kuat dan nuklir lemah serta elektromagnetik. Mereka mengikat paket-paket energi yang menggumpal menjadi materi quark/anti-quark dengan keempat energi tadi pula.
Dari partikel quark inilah kemudian saling mengikat satu dengan yang lainnya dan membentuk partikel inti atom, seperti proton, elektron dan neutron, dan seterusnya. Pada saat 10-6 detik sejak penciptaan awal inilah materi dan anti-materi mewujud. Semuanya seimbang, jadi materi apabila bertemu dengan anti-materi menjadi hilang, sehingga yang tinggal hanyalah energi.
Demikianlah proses penciptaan alam semesta berlangsung terus sehingga kita bisa melihat sebenarnya banyak hal yang sudah terjadi di 1 detik awal proses penciptaan alam semesta.
Setelah 1 hingga 10 detik terciptalah materi (inti atom) dan anti materi dalam jumlah sangat melimpah, yang saling menghilangkan satu sama lain. Namun tiba-tiba, karena memang sudah menjadi ketetapan Tuhan Yang Menetapkan, terjadilah suatu anomali yang tidak bisa dijelaskan, yaitu setelah saling menghilangkan antara materi dan anti-materi, ada sejumlah materi yang sedikit lebih banyak dari anti materi. Sehingga setelah saling menghilangkan satu dengan yang lainnya, ada sedikit tersisa materi. Nah sisa yang sedikit inilah yang kelak akan menjadi sumber materi seluruh alam semesta raya kita. Tanpa adanya anomali ini, maka wujud alam semesta tidak akan ada, karena materi akan dilahap oleh anti-materi kembali menjadi bentuk energi.
Kemudian temperatur alam semesta mulai menurun, maka elektron-elektron yang semula bergerak bebas dalam temperatur alam semesta yang panas, mulai terikat mengitari inti atom dan membentuk atom yang utuh. Lalu atom-atom tersebut membentuk awan partikel yang jumlahnya melimpah, yang kemudian saling berputar dan bertabrakan satu dengan yang lainnya. Akibat dari tabrakan itulah maka akibatnya terjadi percikan cahaya dari elektron yang meradiasikan foton. Alam semesta untuk yang pertama kalinya dalam sejarah penciptaan memancarkan cahaya dan bisa dilihat.
Pada saat 377 ribu tahun setelah penciptaan, berbagai macam atom tercipta, mulai dari gas hidrogen sampai dengan atom besi dan sebagainya. Atom-atom tersebut tadi kemudian membentuk molekul dan kemudian molekul yang melimpah ruah membentuk galaksi dan bintang-bintang. Alam semesta terus mengembang dan galaksi serta bintang terus tercipta dari awan materi. Galaksi yang satu dengan yang lainnya saling menjauh seiring dengan perluasan alam semesta.
وَالسَّمَاۤءَ بَنَيْنٰهَا بِاَيْىدٍ وَّاِنَّا لَمُوْسِعُوْنَ
“Langit Kami bangun dengan tangan (kekuatan Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskan(-nya).” (QS 51:47)
Semua materi dan alam semesta yang tercipta berasal dari satu sumber yang sama dan berasal dari satu Pencipta yang sama. Oleh sebab itu, maka seluruh materi tadi tunduk dengan hukum yang sama, mulai dari atom hingga bintang dan galaksi.
Tiap-tiap materi dan partikel elementer tadi mengelilingi kiblatnya masing-masing (bertasbih), dan membentuk siklus. Dimulai dari partikel elektron yang mengelilingi inti atom sampai dengan bintang-bintang yang mengelilingi pusat galaksi (black hole).
Di alam semesta ini ada lebih dari 2 triliun galaksi tercipta, dan masing-masing galaksi tersebut dikelilingi oleh lebih dari 100 milyar bintang. Jadi dapat Anda bayangkan betapa besar dan megahnya alam semesta ini.
Nah, oleh kalangan pengikut tarekat dan para sufi yang meneliti perjalanan penciptaan alam semesta, alam materi berupa galaksi dan bintang-bintang yang sudah tercipta pada saat itu disebut sebagai alam Wahidiyat. Tuhan dengan Sifat dan Namanya sudah memanifestasi dalam wujud ciptaan-Nya.
Seluruh materi dan proses terbentuknya alam semesta tadi selaras dengan sifat dan nama Tuhan Yang Maha Pencipta. Keseluruhan proses penciptaan adalah manifestasi sifat-Nya dan gambaran nama-Nya yang sudah mulai mewujud dalam bentuk alam semesta.
Pada tahap ini, Tuhan sudah bisa dikenali, akan tetapi belum ada makhluk hidup yang dapat mengenali-Nya. Oleh sebab itulah, maka Tuhan melanjutkan proses penciptaan-Nya dengan menciptakan makhluk hidup.
Alam Arwah
Untuk menciptakan makhluk hidup, maka yang pertama kali diciptakan Tuhan adalah arwah, yaitu zat awal yang bisa menangkap sumber dari sumber kehidupan, yaitu Tuhan Yang Maha Hidup.
Belum banyak informasi yang tersedia mengenai proses pembentukan arwah ini, selain kita meyakininya bahwa arwah diciptakan dari dan oleh Diri-Nya. Dengan arwah inilah, maka segala sesuatu yang dilekatkan padanya akan hidup, karena arwah inilah yang dapat terhubung dengan asal muasal segala yang hidup, yaitu Yang Maha Hidup.
Segala makhluk hidup memiliki arwah. Manusia, hewan, tumbuhan, jin, siluman, malaikat dan bidadari, semuanya memiliki arwah. Yang dengan arwah itulah maka siklus bisa tercipta dan mengalir di masing-masing tubuh arwah tadi.
Sebagaimana jumlah atom di alam semesta ini, maka demikian juga dengan jumlah arwah di alam semesta ini banyak sekali, melimpah ruah. Mereka semuanya terkumpul di dalam suatu alam non-fisik, yaitu alam arwah.
Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa setiap arwah tersebut telah memiliki namanya masing-masing, namun dalam hal ini penulis tidak sependapat. Karena faktanya adalah setiap bayi manusia yang lahir, mereka terlahir dalam keadaan fitrah. Jadi para arwah tersebut menurut pendapat penulis belum memiliki nama, belum memiliki karakter/sifat, jadi masih murni atau masih dalam keadaan fitrah.
Arwah inilah yang menyimpan potensi hidup, dan yang menghubungkan antara jasad fisik dan non-fisik dengan Yang Maha Hidup, sehingga kemudian makhluk tersebut menjadi hidup. Nama dan karakter serta perilaku dari makhluk hidup tersebut ditentukan dari keadaan fisik dan non-fisiknya, lingkungan serta faktor eksternal setelah arwah ditiupkan ke makhluk tadi.
Arwah tidak akan mati, karena arwah adalah zat yang menempel dan senantiasa berhubungan dengan Yang Maha Hidup. Jadi boleh dibilang arwah akan hidup abadi. Tidak tersentuh dengan kematian.
Apakah arwah memerlukan makan, minum, istirahat dan tidur? Jawabnya tidak. Arwah tidak hidup karena makan atau minum, melainkan ia hidup karena terhubung dengan Yang Maha Hidup. Arwah juga tidak merasakan sakit, tidak merasakan lelah ataupun tersiksa karena sesuatu, jadi arwah itu suci dan bersih.
Apakah arwah malaikat, manusia, jin, siluman, hewan dan tumbuh-tumbuhan sama? Jawabnya ya, sama. Yang membedakannya adalah jiwa yang kemudian hidup dari arwah tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Sudahkah Anda mengenal arwah Anda sendiri?
Bagaimana cara Tuhan menciptakan arwah dan bagaimana cara Tuhan meniupkan arwah ke suatu badan belum banyak yang bisa diketahui. Tidak ada sumber ilmu pengetahuan yang dapat menjelaskannya secara rinci. Jadi inilah alam yang masih penuh dengan misteri yang belum terpecahkan.
Alam Misal
Dalam rangka menciptakan makhluk hidup di alam semesta, maka setelah menciptakan arwah, selanjutnya Tuhan harus menyusun persiapan bagi makhluk hidup tersebut. Karena makhluk hidup sangat berbeda dengan makhluk materi yang sudah tercipta sebelumnya, seperti awan partikel materi dan molekul, bintang dan galaksi.
Perilaku dari makhluk materi sangat bisa diprediksi dan merupakan perilaku mekanik dari hukum-hukum alam atau hukum fisika yang sudah ditetapkan Tuhan. Akan tetapi perilaku makhluk hidup tidak hanya itu, mereka juga memiliki kehendak bebas, bisa bergerak, bisa bertindak, bisa mengarungi lautan dan bahkan menaklukkan hukum alam.
Tuhan Yang Maha Mengetahui memahami betul bahwa alam semesta yang telah diciptakan-Nya merupakan suatu sistem, yang apabila dimodelkan secara matematika, merupakan suatu sistem non-linear. Artinya, apabila ada suatu makhluk yang bergerak melenceng daripada gerak mekanik hukum alam, maka hal itu akan berdampak besar di kemudian hari dan di tempat yang lain.
Itulah yang disebut sebagai sistem ‘chaos’, artinya seekor kupu-kupu yang terbang dan mengepakkan sayapnya di Meksiko dapat membangkitkan angin tornado di California. Begitulah model matematika dari alam semesta yang sudah tercipta. Perubahan kecil karena perilaku dari makhluk hidup bisa mendatangkan bencana atau perubahan sangat besar di kemudian hari.
Kemudian hal kedua yang harus disolusikan Tuhan yaitu sensitivitas titik awal (initial condition sensitivity). Artinya adalah perubahan yang sangat kecil di titik waktu awal, akan mengakibatkan perubahan hasil akhir yang sangat besar di titik waktu akhir. Ketika Anda mengepalkan tangan, lalu jatuh setetes air di atasnya, maka bentuk pori-pori yang kecil atau perbedaan kontur/gesture tangan yang kecil akan menentukan ke mana arah tetesan air tadi mengalir. Sedikit saja perubahan perilaku yang Anda lakukan hari ini, akan berdampak sangat besar pada hasil akhir yang Anda peroleh di kemudian hari. Begitulah adanya sistem yang berlaku di alam semesta yang tercipta.
Tiba-tiba saja suatu pagi Anda bangun lebih awal 1 jam dari biasanya, kemudian karenanya Anda memutuskan untuk berolah raga lari pagi sebelum berangkat kerja. Di jalan tiba-tiba saja Anda melihat seorang anak kecil mengalami kecelakaan karena sepedanya tertabrak truk ketika akan berangkat ke sekolah. Karena Anda ada di tempat kejadian itu, maka dengan sigap Anda kemudian menolongnya. Segera memanggil ambulans dan memberikan pertolongan pertama kepada anak tadi. Anak tadi akhirnya sampai di rumah sakit dengan selamat dan akhirnya sembuh dari luka kecelakaan. Dan ternyata, jauh di kemudian hari, anak tadi ternyata menjadi pemimpin negara yang adil dan sangat berjasa kepada rakyatnya. Bangsanya menjadi maju dan rakyatnya aman sejahtera. Begitulah sensitivitas titik awal yang berlaku di alam semesta kita. Dimulai hanya dari bangun pagi 1 jam lebih awal, di kemudian hari hal itu bisa menjadikan bangsanya menjadi makmur sejahtera.
Sistem non-linear alam semesta dan sensitivitas titik awal dapat dikontrol agar supaya alam semesta ini tidak kacau balau atau ‘chaos’, yaitu harus ada ‘grand scenario’ atau skenario akbar bagi makhluk hidup. Seluruh perilaku, seluruh tindak tanduk dan seluruh hubungan sebab akibat dari makhluk hidup harus diatur. Semuanya harus tercatat dan terkontrol dengan seksama. Bahkan daun yang gugur dari tangkai pohonnya pun harus tercatat.
۞ وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا
يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
“Kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz).” (QS 6:59)
Jadi sebelum semua yang akan terjadi dan yang akan diperbuat oleh makhluk hidup, seluruh cerita kehidupan di alam semesta, semuanya tercatat di dalam kitab kenyataan (Lauhul Mahfuz). Sehingga dengan demikian semua kejadian di alam semesta ini terukur dan sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dengan demikian maka alam semesta ini tidak kacau balau atau ‘chaos’.
Nah, dengan disusunnya rencana agung dan skenario kejadian seluruh alam semesta, maka fase berikutnya dalam proses penciptaan adalah mempersiapkan tempat tinggal bagi makhluk hidup tadi. Tentu saja galaksi dan bintang-bintang yang triliunan jumlahnya itu tidak bisa dijadikan tempat tinggal bagi makhluk hidup, karena terlampau panas.
Oleh sebab itulah maka pada tiap-tiap bintang diciptakan planet-planet yang mengelilinginya (bertasbih pada hukum Tuhan), dan salah satu di antaranya adalah matahari dan planet-planet di tata surya kita. Ternyata tidak semua planet itu pun dapat ditinggali oleh makhluk hidup, seperti misalnya planet Merkurius masih terlampau panas, dan planet Uranus terlampau dingin. Hanya planet bumilah tempat yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal makhluk hidup seperti sekarang ini.
Demikianlah susunan rencana makhluk hidup disusun Tuhan Yang Maha Sempurna dengan sangat cermat.
Nah, oleh kalangan pengikut tarekat dan para sufi yang meneliti perjalanan penciptaan alam semesta, penetapan rencana agung kejadian alam semesta ini disebut sebagai alam Misal, yaitu setiap rencana dan kejadian disusun dan dicatat dengan sempurna di dalam kitab Lauhul Mahfuz. Sehingga dengan demikian maka alam semesta ini tidak kacau balau atau ‘chaos’.
Alam Jisim
Nah, setelah rencana dan kejadian telah disusun, maka kemudian rencana Tuhan tersebut mewujud. Menjadi bentuk makhluk hidup.
Mula-mula bumi yang baru terwujud dan masih berupa planet bola raksasa yang panas ditabrak oleh asteroid atau komet yang banyak mengandung es. Kemudian hasilnya adalah air yang melimpah ruah membentuk lautan dan samudera di bumi. Sekitar 70% permukaan bumi ditutupi oleh lautan dan samudera.
Nah, dari air itulah kemudian muncul makhluk hidup pertama di muka bumi ini, yaitu sekitar 3,7 milyar tahun yang lalu. Air adalah awal mula sumber kehidupan.
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?” (QS 21:30)
Bermula dari makhluk hidup yang paling sederhana, berupa mikroorganisme bersel tunggal yang hidup di lautan dekat dengan lubang-lubang hidrotermal, tungku alami tempat protein karbon terbentuk . Kemudian berkembang biak memenuhi lautan dalam jumlah yang melimpah ruah. Hewan-hewan mikroorganisme itu melakukan reaksi kimia dengan molekul-molekul udara di bumi saat itu, sehingga kemudian hal ini mempengaruhi kondisi udara di atas bumi dan akhirnya membentuk lapisan-lapisan atmosfer di atas angkasa.
Bumi yang terselubung dengan atmosfer dan mikroorganisme yang melakukan reaksi kimia di lautan dalam jumlah yang melimpah ruah, menghasilkan gas karbon dioksida dalam jumlah yang sangat besar di udara. Sehingga terjadilah bumi yang dipenuhi dengan molekul karbon dioksida di udara seperti saat ini.
Di lautan makhluk hidup terus berevolusi sehingga kemudian menghasilkan berbagai macam tumbuhan laut dan juga fauna laut dalam jumlah dan variasi yang sangat banyak. Sementara itu di daratan yang sudah dipenuhi dengan karbon dioksida, bumi mulai ditumbuhi oleh tumbuhan awal, yaitu seperti lumut. Dan kemudian berkembang biak dan berevolusi membentuk berbagai macam variasi pepohonan dalam jumlah yang melimpah. Pepohonan tersebut menyerap karbon dioksida di udara dan mengubahnya menjadi molekul oksigen melalui peristiwa fotosintesis. Sehingga dengan demikian bumi menjadi dipenuhi dengan molekul oksigen di udara dan sedikit karbon dioksida.
Pada 525 juta tahun yang lalu, binatang vertebrata dan mamalia mulai muncul ke permukaan bumi. Tiba-tiba saja bumi dipenuhi dengan berbagai macam makhluk hidup flora dan fauna dan jumlah yang sangat besar. Hal ini dikenal dengan Ledakan Kambrium. Lalu sekitar 250 juta tahun kemudian, banyak dari spesies makhluk hidup ini yang mengalami kepunahan masal dalam peristiwa kepunahan Perem-Trias. Kemudian pada sekitar 252 juta tahun yang lalu, setelah peristiwa kepunahan masal, bumi mengalami pemulihan ekosistem, dan kemudian binatang dinosaurus awal mulai muncul. Klan spesies hewan besar dinosaurus menguasai daratan bumi beberapa ratus tahun lamanya, hingga akhirnya pada 65,5 juta tahun yang lalu, sebuah komet atau asteroid besar menghantam bumi. Akibat hantaman tersebut debu-debunya terbang di angkasa menyelimuti seluruh permukaan bumi, sehingga sinar matahari terhalang dan bumi memasuki musim dingin yang ekstrem dan berlangsung lama. Spesies dinosaurus pun punah.
Setelah melewati peristiwa kepunahan masal yang kedua, bumi mengalami pemulihan ekosistem. Kali ini justru hewan jenis mamalialah yang muncul dan mendominasi kehidupan di daratan bumi. Jumlah dan variasinya banyak sekali dan terus berevolusi hingga saat ini.
Nah, di masa inilah kemudian Tuhan Yang Maha Pencipta menciptakan manusia yang terbuat dari unsur tanah liat. Yaitu dari unsur bumi. Yang kemudian mendominasi kehidupan fisik bumi dan seisinya.
Apakah di bumi ini hanya ditinggali oleh manusia, flora dan fauna saja? Jawabannya tidak. Jauh sebelum manusia tercipta, Tuhan Yang Maha Pencipta juga menciptakan alam kehidupan di bumi yang tidak kasat mata.
Dia menciptakan dari bahan materi cahaya, berupa makhluk hidup bernama malaikat dengan berbagai macam bentuk flora dan faunanya juga.
Dia juga menciptakan dari bahan materi panas api, berupa makhluk hidup bernama jin dengan berbagai macam bentuk flora dan faunanya.
Jadi di planet bumi ini paling tidak ada 3 kehidupan yang berjalan bersama-sama, yaitu kehidupan yang berasal dari cahaya, kehidupan yang berasal dari panas dan kehidupan yang berasal dari bumi. Kesemuanya hidup berdampingan tanpa mengganggu satu dengan yang lainnya. Mirip sekali dengan frekuensi radio, masing-masing siaran radio tinggal dalam medium radio yang sama namun dalam frekuensi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Masing-masing tidak saling mengganggu. Begitu juga dengan kehidupan malaikat, jin dan manusia di bumi ini.
Nah, oleh kalangan pengikut tarekat dan para sufi yang meneliti perjalanan penciptaan alam semesta, proses mewujudnya segala makhluk hidup ini disebut sebagai alam Jisim, yaitu proses mulai mewujudnya setiap rencana agung kejadian di kitab Lauhul Mahfuz. Peristiwa mulai terbentuknya jasad makhluk hidup.
Alam Insan Kamil
Di fase proses penciptaan terakhir adalah penciptaan manusia. Makhluk yang diberi akal, qolbu dan seperangkat tubuh yang sempurna. Inilah tujuan akhir dari semua proses penciptaan yang dimulai sejak 13,8 milyar tahun yang lalu, karena dari makhluk yang bernama manusia inilah Tuhan dapat dikenal.
Yang pertama kali diajarkan Tuhan kepada manusia adalah bahwa tiap-tiap sesuatu itu mempunyai nama. Maka Tuhan Yang Maha Mengetahui mengajarkan manusia nama dari tiap-tiap sesuatu itu. Dari pemahaman dasar inilah, maka kemudian hal itu berkembang menjadi pengetahuan dan akal pikiran manusia.
Manusia menjadi insan kamil yang memiliki pemahaman dan pengetahuan untuk dapat mengenal Tuhannya. Tuhan Maha Besar karena semua makhluknya adalah kecil relatif terhadap Dia. Tuhan Maha Kuasa karena dengan pengetahuannya manusia menyadari bahwasanya tidak ada daya upaya yang dapat dilakukan kecuali dengan pertolongan-Nya. Tuhan Maha Adil karena setiap kebijakan-Nya dalam bentuk hukum-hukum agama senantiasa mencerminkan Keadilan. Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang, sehingga seluruh makhluk hidup ciptaan-Nya menunjukkan rasa kasih dan sayang, paling tidak kepada anak-anaknya.
Nah, setelah dirasa cukup, semua pranata dan potensi untuk dapat mengenal Tuhan sudah ada pada diri manusia, maka kemudian Tuhan menciptakan Arasy yang mulia untuk tempat-Nya bersemayam. Tujuannya adalah agar supaya Tuhan dapat dikenal oleh manusia. Hanya di tempat Arasy itulah Tuhan dapat dikenal oleh manusia.
Tahukah Anda di manakah Arasy yang mulia itu berada? Sudah pernahkah Anda mengunjungi atau melihat Arasy Tuhan?
Bagaimana cara manusia agar dapat mengenal Tuhannya? Tuhan hanya dapat dikenal melalui qalbu manusia, dan cahaya-Nya di Arasy yang mulia hanya dapat dilihat oleh mata hati manusia.
Anda harus dapat mengenal diri Anda sendiri untuk dapat mengenal Tuhan. Karena di dalam diri setiap manusia, ada qalbu, dan qalbu memiliki mata hati yang bernama nurani, dan setiap nurani memiliki rasa terdalam dan paling misterius yang disebut sirr, dan dari rasa yang paling dalam inilah Tuhan bisa dikenali.
Dalam rangka mengenal Tuhan, Anda harus bersedia untuk meleburkan diri Anda ke Lautan Makrifat, karena hanya dengan meng-hancurleburkan diri Anda maka Tuhan akan mewujudkan penampakan diri-Nya.
Jadi tidak akan pernah terdapat orang kedua atau ketiga di hadapan Tuhan, karena martabat Tuhan teramat Luhur sehingga tidak pantas untuk disandingkan dengan makhluk ciptaan-Nya.
Proses pengenalan Tuhan berbeda dengan proses perkenalan kita dengan teman atau sahabat lainnya. Untuk mengenal Tuhan kita harus menggunakan rasa, bukan sekedar pikiran. Ingat mengenal Tuhan sangat berbeda dengan memahami atau mengetahui.
Kebanyakan manusia hanya sebatas memahami atau mengetahui Tuhan saja, tetapi sama sekali belum mengenal-Nya. Sehingga sering kali kita temui salah kaprah tentang Tuhan. Ada yang mengatakan Tuhan berada di dalam surga, ada yang mengatakan Tuhan berada di atas langit sana, sehingga jari telunjuk tangannya mengarah ke atas langit untuk menunjukkan tempat keberadaan Tuhan. Itu semuanya salah. Karena Tuhan Yang Maha Besar tidak akan cukup untuk dimuat oleh surga, dan tidak juga muat untuk dapat ditempatkan di atas langit sana.
Bagi orang-orang yang sudah mengenal Tuhan-Nya, maka sesungguhnya dia telah memenuhi tujuan luhur Tuhan dari seluruh proses penciptaan alam semesta ini, yang dimulai dari 13,8 milyar tahun yang lalu.
Barang siapa yang sudah mengenal Tuhannya, maka Dia pasti tahu nama-Nya, karakter dan sifat-Nya, serta perilaku-Nya. Orang yang mengenal Tuhannya, maka zat orang tersebut, sifat orang tersebut dan perilaku orang tersebut sudah sah, artinya di-ridhoi Tuhan.
Demikianlah tulisan ini dibuat agar dapat dijadikan tambahan pemahaman akan tujuan agung seluruh penciptaan alam semesta ini oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Tinggi terdapat 7 tingkatan martabat, sehingga tidak mungkin kawula bisa sederajat dengan Gusti dan tidak mungkin kawula dan Gusti menjadi manunggal. (AK)
Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN pada 14.45