Home | Sejarah | Pimpinan | Inti Ajaran | Artikel | Arsip | Kontak Kami
Opini Aktual

Kamis, 24 September 2015

Idul Adha Penobatan Iman Nabi Ibrahim as

Setiap tahun Idul Adha diperingati sebagai hari besar keagamaan umat Islam di dunia. Di Indonesia hari besar ini diperingati dengan tradisi yang beragam dan unik, mulai dari tradisi pulang mudik bagi masyarakat madura, grebek besar di Jogyakarta, sampai dengan tradisi menghias manten sapi di Pasuruan dan tradisi menjemur kasur di masyarakt Using Banyuwangi.

DI ibukota Jakarta tradisi Idul Adha ini juga tidak kalah serunya. Para pejabat, sampai dengan presiden, wakil presiden dan mantan wakil presiden berlomba untuk memotong qurban hewan sapi super jumbo dengan berat lebih dari 1 ton per hewannya.

Akan tetapi apabila kita menengok ke belakang kepada sejarah awal mula hari bersejarah ini, maka kita akan mengingat tauladan yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim as tatkala mendapat perintah Allah swt dari mimpinya untuk menyembelih putera kesayangannya Ismail.

Untung saja Ibrahim as tidak hidup di zaman sekarang ini, bayangkan apabila anda mendengar khabar ada seorang ayah ingin menyembelih anaknya sendiri karena perintah dalam mimpi. Bagaimana kiranya reaaksi masyarakat kita saat ini? Sebagian besar dari masyarakat mungkin akan mendakwa Ibrahim as mengikuti aliran sesat, beberapa lagi mungkin akan melaporkannya ke komisi perlindungan anak bahkan mungkin akan ada yang melaporkannya ke polisi.

Untung saja Ibrahim as tidak hidup di jaman sekarang ini dan tidak hidup di tengah masyarakat seperti di sini, karena masyarakat kita saat ini lebih mudah untuk mengadili dan menghukum sesuatu yang tidak pernah memiliki pengetahuan akan yang diadilinya itu. Sehingga apabila kejadian penyembelihan itu berlangsung sekarang, maka yang akan berperan untuk menghalang-halanginya menggantikan peran iblis adalah umat Islam itu sendiri.

Nah, singkat cerita Ibrahim as dan Ismail telah tunduk pasrah kepada perintah Allah, ketika pedang sudah sampai di pelipis Ismail maka Allah swt menerima pembuktian iman Ibrahim as. Ibrahim as baru dinyatakan lulus ujian Allah dan layak menyandang gelar sebagai orang yang beriman.

إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS 37:111)

Begitulah caranya Allah swt menguji dan menobatkan apakah seseorang itu beriman atau tidak. Berat sekali bukan?

Dalam ayat lainnya Allah swt berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan dirinya: Kami telah beriman. Sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS 29:2)

Sekarang, coba kita ber-introspeksi merenungkan kembali perjalanan hidup kita sendiri. Kira-kira kapankah Allah menguji kita? Apakah kita termasuk orang yang lulus dalam ujian itu? Ataukah sebaliknya? Atau barangkali kita ini belum termasuk orang-orang yang sudah layak untuk mengikuti ujian Allah?

Saudaraku, jumlah orang yang beriman ini sedikit sekali. Dari 7.3 milyar manusia yang hidup di dunia saat ini hanya 1.6 milyar yang beragama Islam. Dan dari jumlah tersebut menurut guru kami tidak lebih dari 7,5 juta orang saja yang masuk dalam kategori orang beriman. Bayangkan, kurang dari 0,5% saja dari umat Islam. Jadi seandainya ada 1000 orang yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid, hanya ada 4 orang saja yang beriman. Selebihnya yang 966 bukanlah termasuk diantara hamba-hama Allah yang beriman.

Bagaimana dengan kita, termasuk dalam golongan manakah kita?

المر تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ وَالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ
“Alif Laam Raa, ini adalah ayat-ayat al-Kitab (al-Quran). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu adalah benar, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (QS 13:1)

(AK/ST)


Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 14.51