Selasa, 19 November 2024
Kembali Kepada Asal Muasal Kita
Para pembaca yang budiman, pernahkah Anda membaca kitab karangan Fariduddin Attar (1145-1220) yang berjudul Manthiq al-Thair, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Musyawarah Burung-Burung’. Konon dalam cerita tersebut, burung-burung dari seluruh berkumpul dan bermusyawarah mencari seorang pemimpin. Burung Hudhud yang dikenal paling cerdas memberi tahu bahwa pemimpin yang paling pantas buat mereka adalah Simorgh yang ada di gunung Kaf. Kemudian diutuslah 30 ekor burung untuk terbang ke gunung Kaf demi menemukan Simorgh.
Perjalanan jauh dan sangat melelahkan harus ditempuh oleh burung-burung tersebut. Mereka harus melalui 7 gunung dan lembah, hingga akhirnya mereka berhasil melampaui lembah ke-7 yang bernama lembah kefakiran dan kefanaan. Namun sungguh terperanjatnya burung-burung tersebut, karena setelah lelah mengarungi perjalanan yang sangat jauh, para burung tersebut menemukan bahwa Simorgh tak lain adalah hakikat diri mereka sendiri.
Para pembaca yang budiman, siapakah sebenarnya diri kita ini? Misteri terbesar seorang manusia adalah mengenal dan mengetahui rahasia diri pribadinya sendiri.
Seorang manusia bermula dari janin yang ada di dalam kandungan ibunya. Lalu setelah 120 hari lamanya di dalam kandungan, Tuhan meniupkan ruh ke dalam janin tersebut, sebagaimana Tuhan juga telah meniupkan ruh kepada tubuh Adam as sebelumnya.
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ
“Apabila Aku telah menyempurnakan (penciptaan)-nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, tunduklah kamu kepadanya dalam keadaan bersujud.” (QS 38:72)
Kemudian setelah sempurna kejadiannya di dalam kandungan selama kurang lebih 9 bulan lamanya, maka lahirlah bayi tersebut ke alam dunia. Setelah lahir, hal pertama yang dilakukan oleh bayi adalah menghirup udara, sehingga dengan itu menjadi lengkaplah unsur di dalam tubuhnya yaitu unsur tanah, air, api dan udara.
Setelah lengkap, maka bayi mulai memiliki jiwa atau sukma. Dia bisa merasakan perbedaan keadaan dirinya. Menjadi sadarlah dirinya bahwa dia baru saja berpindah dari alam yang penuh dengan kenikmatan menuju alam dunia yang tidak nyaman. Oleh karena merasa tidak nyaman, maka menangislah bayi tadi.
Keempat unsur tadi, yaitu unsur tanah, air, api dan udara kemudian sedikit demi sedikit, hari demi hari, membentuk jasmani bayi menjadi daging, darah, tulang dan kulit. Bukan hanya jasmaninya saja, rohaninya pun demikian. Keempat unsur tadi membentuk nafsu di dalam diri manusia, yaitu nafsu lawamah (biologis), amarah (emosional), supiah (duniawi) dan mutmainah (ketenangan spiritual).
Nah setelah bayi berkembang menjadi anak-anak, lalu kemudian menjadi remaja dan dewasa, hingga akhirnya menjadi tua renta. Sehingga di penghujung hidupnya manusia akan dihadapkan pada pertanyaan terbesarnya yaitu hendak ke manakah dia?
Setelah berkelana mengarungi kehidupannya, baik kehidupan di alam dunia, kehidupan di alam kubur hingga kehidupan di alam akhirat, manusia pada akhirnya akan memutuskan bahwa ia harus pulang kembali ke asalnya. Dari manakah asal muasal kita semua? Kita semua berasal dari Allah swt.
اَفَحَسِبْتُمْ اَنَّمَا خَلَقْنٰكُمْ عَبَثًا وَّاَنَّكُمْ اِلَيْنَا لَا تُرْجَعُوْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS 23:115)
Pada akhirnya kita semua harus pulang, kembali kepada Allah swt. Bagi kita umat manusia, dahulu kala asal muasal-nya adalah tidak ada, hingga akhirnya nanti kita kembali menjadi tidak ada. Sedangkan bagi Allah swt, dahulu kala asal muasal-nya hanya Dia sendiri yang ada, hingga akhirnya nanti hanya Wajah-Nya sendiri yang ada.
Baik secara mandiri maupun dalam keadaan terpaksa, semuanya pada akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhannya. Baik secara nikmat, maupun secara tersiksa, semuanya akan pulang kembali kepada Tuhannya. Itulah drama agung kehidupan. (AK)
Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN pada 14.55