Opini Aktual

Minggu, 1 Desember 2024

Kegiatan Berziarah Kubur

Para pembaca yang budiman, pernahkah Anda mendengar kabar adakah orang yang sudah wafat itu makan dan minum? Membeli pakaian atau pun perabotan kebutuhan hidup? Tidak pernah bukan?

Orang yang sudah wafat tidak memerlukan makan dan minum selayaknya orang yang masih hidup. Mereka juga tidak memerlukan pakaian, sabun atau parfum. Orang yang sudah wafat kebanyakan dari mereka adalah beristirahat di alam barzakh, dan sebagian besar tidak mau istirahat karena keterikatannya pada dunia belum selesai. Mereka bergentayangan, atau menitis ke anak cucunya.

Ada sebagian orang yang wafat dalam rangka gugur di jalan Allah swt, seperti misalnya para pejuang pembela kebenaran di medan perang, para nabi dan para wali yang menyebarkan agama Islam, atau para Kyai dan Santri yang wafat dalam rangka mengajar atau menimba ilmu agama Islam. Nah, dalam al-Quran disebutkan bahwa mereka itu sebenarnya tidak mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Allah dan mereka tetap mendapatkan rezeki.

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًاۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ
“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.” (QS 3:169)

Yang menjadi pertanyaan adalah di mana dan ke mana rezeki mereka itu? Bukankah mereka tidak memerlukan makan, minum ataupun sandang pangan?

Para pembaca yang budiman, setiap orang yang wafat di jalan Allah swt, mereka itu meninggalkan warisan berupa kharisma. Meskipun orangnya sudah wafat, namun kharismanya masih tetap hidup. Nah, rezeki itu senantiasa menempel pada kharisma seseorang. Selama kharismanya masih ada, maka rezekinya pun pasti masih ada. Begitulah kira-kira penafsiran bebas dari ayat al-Quran tersebut di atas.

Lalu menjawab pertanyaan di paragraf sebelumnya, kharisma tadi akan menyebar ke orang-orang terdekat sesudahnya dari tokoh yang wafat tersebut. Seperti misalnya ke anak cucu, atau ke orang-orang terdekat, atau ke orang-orang yang sering mendoakan atau berziarah ke makam tokoh tadi.

Oleh karena rezeki menempel pada kharisma, oleh sebab itu bukan hanya pengaruh, bahkan rezeki dan karunia Allah pun akan mengikuti orang-orang yang masih di belakang mereka itu.

فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْۙ اَلَّا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ

“Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS 3:170)

Indonesia adalah negeri yang penuh dengan para wali dan Kyai serta tokoh-tokoh penyebar agama Islam. Tidak ada satu negeri pun di muka bumi ini yang pernah ditinggali oleh sedemikian banyaknya wali Allah dibandingkan dengan Indonesia. Selain itu, Indonesia juga dipenuhi dengan para pahlawan, mereka itu adalah pejuang-pejuang kemerdekaan yang gugur dalam peperangan mencapai kemerdekaan ataupun mempertahankan kemerdekaan.

Dalam perang kemerdekaan bulan November 1945 di Surabaya saja, sekitar 15 ribu pahlawan gugur di jalan Allah. Sebelumnya dalam perang yang dipimpin pangeran Diponegoro antara tahun 1825 – 1830, sekitar 20 ribu orang gugur di jalan Allah. Dalam perang Aceh 1894 – 1914 sekitar 50 ribu – 60 ribu orang telah gugur di jalan Allah sebagai pahlawan. Jadi apabila dihitung-hitung, dari seluruh penduduk bumi saat ini, maka di Indonesia inilah yang paling terbanyak dalam jumlah orang-orang yang gugur di jalan Allah.

Nah, dengan sedemikian besarnya kharisma dan rezeki yang diwariskan oleh para pendahulu kita, maka sudah selayaknya hal itu kita manfaatkan. Warisan kharisma para pahlawan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber daya potensial utama di Indonesia.

Namun sayang, pemahaman dangkal para penganut aliran Wahabi saat ini telah mengharamkan berziarah ke kuburan para wali dan pahlawan. Mereka melarang umat Islam untuk bertawasul dan menganggap bahwa orang-orang yang sudah wafat itu sudah terputus amalan mereka dan pengaruh mereka terhadap orang-orang yang masih hidup. Mereka meninggalkan isi dari ayat al-Quran yang telah dituliskan di atas tadi.

Mudah-mudahan umat Islam saat ini masih dapat kembali kepada pemahaman tentang berziarah kubur yang benar. Kharisma para pahlawan pendahulu kita itu adalah warisan luhur untuk kita, anak cucu mereka. Kita semua inilah orang yang berhak untuk menerima warisan tersebut. (AK)


Diposkan Oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN pada 22.15