Selasa, 22 Desember 2015
Ayahanda Kita Ibrahim as
Ibrahim as lahir di daerah bailonia (Iraq sekarang) sekitar tahun 1861SM, dilahirkan dari keturunan ketiga saudara kandung raja Namrud, mereka berdua bertemu pada kakek keempat Ibrahim bernama Falikh bin Abir bin Shalikh bin Arfakhshad bin Sam bin Nuh, yang tiada lain adalah ayah kandung raja Namrud. Pada saat itu kerajaan Babilonia atau Babel dinamai sesuai dengan ibukotanya, Babilon, adalah negara kuno yang terletak di selatan Mesopotamia, di wilayah Sumeria dan Akkadia.
Pada zaman itu masyarakatnya mayoritas adalah penyembah berhala, suatu kepercayaan dan agama yang telah dianut oleh pendahulu dan nenek moyang mereka secara turun temurun.
Hingga akhirnya lahirlah Ibrahim, seorang anak yang cerdas dan kristis pada masa itu. Di usianya yang masih belia beliau mempertanyakan kekuatan dan kegunaan dari arca dan berhala yang disembah oleh kaumnya di Babilonia. Singkat cerita Ibrahim as akhirnya diberikan Allah suatu pengetahuan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan dari kaumnya saat itu yaitu pengetahuan akan Tuhan Yang Maha Esa.
Itulah pertama kalinya konsep pengetahuan tentang Allah Yang Maha Esa disebarkan kepada kaumnya, sekaligus meruntuhkan konsep tentang banyak tuhan sebanyak berhala dan arca yang dibuat kaumnya saat itu. Ibrahim as adalah kemudian dianggap sebagai Bapak ajaran Tauhid.
Dalam percakapan dengan tamu kita di malam itu, sang tamu kerap kali mengatakan bahwa Ibrahim as itu pada hakekatnya adalah ayahanda kita juga. Dia bukan saja Bapak Tauhid bagi bangsa Arab, tapi juga bagi umat Islam dan orang-orang yang men-Tauhid-kan Allah di Indonesia.
Apakah benar bahwa Ibrahim as adalah Bapak Tauhid bagi bangsa Indonesia juga? Coba kita perhatikan ayat berikut ini:
وَإِذْ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman: ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim.” (QS 2:124)
Berdasarkan ayat tersebut maka dapatlah kita menyimpulkan bahwa:
1. Ibrahim as diutus bagi seluruh umat manusia, jadi bukan hanya untuk kaum negeri Babilonia saja
2. Ibrahim as bukan saja ditunjuk sebagai Nabi dan Rasul, tetapi juga diangkat oleh Allah swt untuk menjadi imam (pemimpin) bagi seluruh manusia saat itu
3. Keturunan Ibrahim as yang tidak zalim juga diangkat oleh Allah swt untuk menjadi imam bagi seluruh manusia sesuai dengan zaman dan tempatnya
Sejarah membuktikan bahwa janji Allah swt di ayat tersebut adalah nyata dan memang beberapa keturunan Ibrahim as telah menjadi imam bagi bangsa dan kaumnya. Jadi ayat tersebut tidak hanya berlaku pada zaman itu saja akan tetapi berlaku untuk sepanjang zaman hingga saat ini.
Setelah itu semenjak 4000 tahun yang lalu keturunan Ibrahim as berpencar dan merantau ke segala penjuru dunia. Keturunan dari beberapa orang istrinya, mereka merantau ke utara, selatan, barat dan timur.
Boleh jadi diantara keturunan dari Ibrahim as akhirnya ada yang tiba di Nusantara dan kemudian menurunkan raja-raja di tanah Nusantara menjadi imam bagi bangsa ini. Sesuai dengan janji Allah yang terekam dalam QS 2:124 tadi. Jadi boleh jadi memang Ibrahim as adalah Bapak dari bangsa Indonesia juga.
Masyarakat di Nusantara semenjak dahulu adalah merupakan masyarakat yang sangat mudah menerima konsep Tauhid. Oleh sebab itu pada saat ajaran agama Islam dibawa dari tanah Arab maka masyarakat Nusantara sangat mudah sekali untuk menerimanya. Tidak ada perang agama atau atas nama agama terjadi, sehingga ajaran Islam mudah sekali diterima oleh masyarakat kita ini.
Berikut ini adalah gambar dari koin yang ditemukan sebagai peninggalan dari masa kerajaan Majapahit di tanah Jawa yang ditemukan di situs Trowulan.
Koin tersebut bertuliskan: “La ilaha illallah, Muhammad Rasullullah”. Ditengahnya adalah gambar sinar surya merekah lambang dari kerajaan Majapahit. Jadi dapat disimpulkan bahwa sejak zaman kerajaan Majapiht pun sebenarnya sudah banyak penduduknya yang beragama Islam dan negara mengakui bahwa Islam menjadi salah satu agama resmi kerajaan. (AK/ST)
Diposkan oleh YAYASAN AKHLAQUL KARIMAH DARUL IMAN INDONESIA di 15.55